kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   1.000   0,04%
  • USD/IDR 16.687   12,00   0,07%
  • IDX 8.633   -7,44   -0,09%
  • KOMPAS100 1.183   -6,87   -0,58%
  • LQ45 847   -6,48   -0,76%
  • ISSI 308   -1,78   -0,58%
  • IDX30 440   0,35   0,08%
  • IDXHIDIV20 513   0,38   0,07%
  • IDX80 132   -0,90   -0,67%
  • IDXV30 141   0,28   0,20%
  • IDXQ30 141   0,20   0,14%

Banjir dan Longsor Aceh Picu Trauma Tsunami 2004, Korban Mencapai Ratusan Jiwa


Jumat, 05 Desember 2025 / 18:10 WIB
Banjir dan Longsor Aceh Picu Trauma Tsunami 2004, Korban Mencapai Ratusan Jiwa
ILUSTRASI. Banjir dan longsor parah melanda Aceh, membangkitkan trauma tsunami 2004 bagi Effendi Basyaruddin. Akses sulit, bantuan tak merata. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/YU)


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - ACEH UTARA. Bagi nelayan Effendi Basyaruddin, banjir dan longsor mematikan yang melanda Provinsi Aceh dalam sepekan terakhir memicu kembali kenangan traumatis tentang hari ketika dia berlari menyelamatkan diri dari gelombang tsunami 21 tahun silam.

Tragedi tsunami Samudra Hindia 26 Desember 2004, yang dipicu gempa bermagnitudo 9,1, menewaskan hampir 200.000 orang di Aceh.

“Saya melihat gelombang tertinggi saat tsunami, sekitar 20 meter,” kata Effendi kepada Reuters.

“Tapi banjir ini lebih besar… desa-desa menjadi sungai,” tambahnya.

Baca Juga: Update Korban Banjir–Longsor Aceh, Sumut, Sumbar Jumat (5/12): Meninggal 867 Jiwa

Ingatan itu kembali menghantuinya setelah banjir dan longsor akibat badai menerjang tiga provinsi di Pulau Sumatra. Bencana tersebut telah menewaskan lebih dari 800 orang di Indonesia, termasuk lebih dari 200 korban di Aceh, serta sekitar 200 korban di Thailand dan Malaysia.

“Kami sangat traumatis,” ujar Effendi, yang rumahnya hanyut terbawa arus. Ia kini tinggal di sebuah tenda di dekat laut, yang menurutnya sekaligus menjadi sahabat dan ancaman.

Akses Terbatas dan Bantuan Tidak Merata Perparah Situasi

Effendi bukan satu-satunya korban yang masih bergulat dengan trauma. Kendala akses ke desa-desa terpencil dan kesulitan distribusi bantuan memperburuk kondisi warga terdampak.

“Aceh saat ini seperti mengalami tsunami kedua,” kata Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, dengan mata berkaca-kaca.

Di Aceh Tamiang, excavator dikerahkan dan warga mengais puing-puing rumah yang hancur. Menurut Adi Hermawan (45), kebutuhan mendesak saat ini adalah air bersih dan bahan makanan.

“Pemukiman hancur total, seperti terkena tsunami,” ujarnya. “Bedanya, korban mungkin masih belum ditemukan dan lebih sulit dicari.”

Desakan Penetapan Status Darurat Nasional

Sejumlah pemimpin daerah di Aceh mendesak pemerintah pusat menetapkan status darurat nasional agar dana dan sumber daya tambahan dapat digelontorkan untuk operasi penyelamatan dan pemulihan.

Pemimpin Aceh Utara, Ismail A. Jalil, menggambarkan kehancuran yang terjadi sebagai luar biasa.

Baca Juga: Pemerintah Hapus Kredit Macet UMKM Terdampak Bencana Sumatera

“Saya tidak bisa… jumlah korbannya luar biasa. Rumah-rumah penduduk hilang. Tidak ada perhatian dari pemerintah pusat,” ujarnya dengan tangis dalam sebuah video yang beredar di media lokal.

Respons Pemerintah Pusat dan Presiden

Pemerintah pusat menyatakan selalu mendukung pemerintah daerah. Otoritas juga menegaskan bahwa anggaran Rp500 miliar (sekitar US$30 juta) untuk penanganan bencana masih memadai dan dapat ditambah bila diperlukan.

Presiden Prabowo Subianto, ketika ditanya tentang kemungkinan menetapkan status darurat nasional, mengatakan bahwa kondisi berangsur membaik dan mekanisme penanganan yang ada sudah cukup.

Selanjutnya: Tesla Merilis Mobil versi Harga Murah di Eropa, Segini Harganya

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (6/12) di Jabodetabek, Hujan Deras di Wilayah Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×