kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bakal digunakan di Indonesia tahun depan, inilah obat Covid-19 Molnupiravir


Selasa, 16 November 2021 / 05:37 WIB
Bakal digunakan di Indonesia tahun depan, inilah obat Covid-19 Molnupiravir
ILUSTRASI. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berencana mendatangkan obat Covid-19 Molnupiravir.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berencana mendatangkan obat Covid-19 Molnupiravir. Langkah ini diambil sebagai langkah antisipasi lonjakan kasus Covid-19 di akhir tahun.

Sebelumnya, Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) telah menyetujui penggunaan obat molnupiravir buatan Merck, Sharp & Dohme (MSD) pada Kamis (4/11/2021). 

Sementara saat ini, Budi mengatakan obat tersebut masih menunggu izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Amerika Serikat. 

"Molnupiravir diharapkan akhir tahun bisa tiba di Indonesia, dan kita siap menggunakannya untuk tahun depan," kata Budi dalam konferensi pers secara virtual soal evaluasi PPKM, Senin (15/11/2021). 

Sebelumnya diberitakan, Indonesia akan membeli 600.000 hingga 1 juta pil Molnupiravir buatan Merck yang diklaim sebagai obat Covid-19. 

Baca Juga: Kosmetik ini berbahaya karena mengandung merkuri, simak dampaknya jika digunakan

Budi mengatakan, saat melakukan kunjungan ke Amerika Serikat beberapa waktu, ia sudah melakukan kerja sama dengan pihak Merck. 

Apa itu obat molnupiravir? 

Dijelaskan Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, obat molnupiravir adalah obat oral antivirus atau obat antivirus yang diminum. 

"Molnupiravir obat antivirus yang dulunya dikembangkan oleh Emory University. Itu mereka sebetulnya mau mencari obat untuk ensefalitis virus (kondisi peradangan otak yang disebabkan virus, red)," jelas Zullies kepada Kompas.com, Selasa (5/10/2021). 

Ia melanjutkan, ketika obat ini dikembangkan, kemudian pandemi Covid-19 menyelimuti seluruh dunia, maka akhirnya, obat yang tadinya dikembangkan untuk obat ensefalitis itu diramu lagi untuk diujikan ke virus corona SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. 

Baca Juga: Ini alasan mengapa anak-anak yang lebih muda perlu mendapatkan vaksin Covid-19




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×