Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia memberikan sinyal akan ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam waktu dekat. Hal ini sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah.
Berdasarkan paparannya, jika harga minyak saat ini di US$ 100 per barel, maka nilai subsidi BBM bisa mencapai Rp 500 triliun. Pasalnya Indonesian Crude Price (ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 ditetapkan sebesar US$ 63 per barel. Oleh karena itu, beban yang ditanggung saat ini tidak sehat.
"Jadi tolong teman-teman sampaikan juga kepada rakyat bahwa rasa-rasanya sih untuk menahan terus dengan harga BBM seperti sekarang feeling saya harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," ungkap Bahlil, Jumat (12/8) yang lalu.
Baca Juga: Nasib Mereka yang Tekor Akibat BBM Dikontrol
Merespons pernyataan Bahlil, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa pihaknya akan terus memperhatikan sejumlah indikator dalam penentuan anggaran subsidi energi. Pasalnya selama ini subsidi menjadi penopang utama utama untuk menjaga harga bahan bakar minyak (BBM).
Bendahara Negara tersebut mengatakan, sejauh ini pemerintah sudah mengeluarkan tambahan anggaran yang cukup besar untuk menjaga stabilitas harga energi. Adapun total anggaran yang digelontorkan untuk subsidi energi saat ini sudah mencapai Rp 520 triliun di tahun ini. Hal ini bertujuan agar di tengah melonjaknya harga komoditas, daya beli masyarakat dapat terjaga.
Menkeu menyebut, ada beberapa indikator untuk mengukur kapasitas anggaran subsidi energi dalam menjaga kestabilan harga. Namun, dirinya tidak menyinggung mengenai potensi kenaikan harga BBM.
Baca Juga: Anggota DPR Ini Minta Pemerintah Berani Batasi Kuota dan Kerek Harga BBM Subsidi
"APBN subsidi dan lain-lain kita sampaikan waktu itu, jadi nanti kita lihat volume, harga, nilai tukar, itu mempengaruhi, tapi kita akan lihat perkembangan yang ada dunia," ujar Sri Mulyani, Jumat (12/8).
Namun dari ketiga indikator tersebut, Sri Mulyani bilang, volume konsumsi BBM yang saat ini sudah sangat tinggi, bahkan sudah melebihi asumsi pemerintah saat menambah anggaran subsidi energi.
"Tapi memang volume sangat melebihi kalau dibiarkan, jadi ini nanti pasti akan menimbulkan suatu persoalan mengenai berapa jumlah subsidi yang harus disediakan dari tambahan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News