Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bahana Sekuritas memandang Bank Indonesia (BI) perlu untuk melakukan relaksasi moneter, dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Februari ini.
"Ini merupakan langkah preemptive yang perlu dilakukan bank sentral dalam menghadapi kemungkinan pelemahan perekonomian Indonesia, terutama akibat wabah virus Corona," jelas ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, Selasa (18/2).
Baca Juga: Hasil Keputusan BI Tak Akan Goyang IHSG, Begini Rekomendasi Analis
Bahana Sekuritas memprediksi, dengan adanya wabah virus corona, perekonomian Indonesia bisa melambat ke kisaran 4,8%-4,9% di kuartal I-2019. Meski begitu, masih ada prospek untuk perbaikan ekonomi di kuartal II-2019 menjadi di atas 5%.
Perlambatan ekonomi akibat virus ini rupanya menjalar dari prospek pelemahan investasi dalam negeri yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam rantai pasokan global di China.
Apalagi, seperti yang diketahui, Indonesia banyak mengimpor barang-barang modal dari negara tirai bambu tersebut.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), beberapa barang modal untuk kegiatan industri yang diimpor oleh Indonesia dari negara China antara lain mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85), mesin dan peralatan mekanis (HS 85), serta barang dari besi dan baja (HS 73).
Selain faktor tersebut, ada juga sinyal pelemahan investasi yang tercermin dari aktivitas manufaktur dalam negeri menurut IHS Markit yang masih berada di bawah level ekspansif (di bawah 50,0).
Ini terbukti dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di level 49,3 pada Januari 2020.
Baca Juga: Bank Indonesia gelar Rapat Dewan Gubernur di tengah pekan, ini proyeksi analis
Selain sinyal dari pelemahan investasi, konsumsi Indonesia juga terancam menurun yang disebabkan oleh kepercayaan konsumen yang melemah serta prospek pengeluaran untuk bepergian yang terbatas.
Dalam mengatasi tantangan dalam bidang ekonomi tersebut, selain lewat kebijakan moneter, Bahana Sekuritas juga mengimbau agar pemerintah hadir dengan insentif fiskal seperti mengurangi harga tiket pesawat.
"Ini untuk mendorong sektor pariwisata dalam negeri dan merangsang ekonomi lokal," tambah Satria.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan untuk menyesuaikan besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk menjaga daya beli dan menstimulus konsumsi, serta insentif di bidang lain yang memberi efek multiplier bagi pertumbuhan ekonomi seperti properti dan perumahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News