kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bahan baku vaksin Covid-19 masih 23 juta dosis, pemberian vaksinasi diprioritaskan


Senin, 12 April 2021 / 17:11 WIB
Bahan baku vaksin Covid-19 masih 23 juta dosis, pemberian vaksinasi diprioritaskan
ILUSTRASI. Juru Bicara Vaksin Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyampaikan keterangan pers saat kedatangan vaksin Sinovac di Bandara Soekarno Hatta, Selasa (2/2).


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya embargo dari beberapa negara mempengaruhi jadwal pengiriman vaksin Covid-19 ke Indonesia. Namun Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memastikan bahwa saat ini stok vaksin masih aman untuk berlangsungnya program vaksinasi Covid-19.

Hanya saja dilakukan prioritas pemberian kepada kelompok masyarakat yang dinilai rentan tertular Covid-19, yaitu 60% kepada lansia dan 40% kepada guru dan tenaga pendidikan. Di mana prioritas tersebut juga menjadi rekomendasi WHO.

Total ada sekitar 57 juta dosis vaksin yang sudah diterima Indonesia baik dalam bentuk jadi ataupun bahan baku (bulk). Dari 57 juta dosis tersebut kemudian diolah menjadi 47 juta dosis vaksin jadi.

Baca Juga: Sudah disuntik vaksin Covid-19? Perhatikan konsumsi makanan ini

Lebih lanjut Nadia menerangkan, dari angka tersebut sudah ada 24 juta dosis vaksin yang sudah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia.

Jumlah yang telah terdistribusi tersebut termasuk juga 3 juta vaksin Sinovac yang digunakan pada tahap pertama, dan 1,1 juta vaksin AstraZeneca.

Sedangkan sisanya yaitu 20 juta yang saat ini digunakan untuk vaksinasi tahap kedua bagi lansia dan petugas pelayanan publik.

"Jadi sudah ada 24 juta dosis, kalau kita melihat saat ini yang sudah mendapatkan suntikan dosis satu dan kedua itu kurang lebih 15 juta orang. Jadi berarti kita tahu ada sekitar 9 juta [dosis] yang masih beredar dan terbagi baik itu di gudang provinsi dan kabupaten/kota maupun di fasilitas pelayanan kesehatan," kata Nadia dalam konferensi pers virtual Kementerian Kesehatan pada Senin (12/4).

Sementara itu stok 23 juta dosis vaksin yang masih dalam bentuk bahan baku, nantinya akan diolah Biofarma di bulan April ini. Maka bulan April ini akan ada sekitar 7 sampai 11 juta dosis vaksin jadi yang akan bisa memenuhi kebutuhan vaksinasi.

"Sisanya dari 23 juta tadi dikurangi 11 atau 7 juta itu akan diproduksi menjadi vaksin jadi di bulan Mei, ini untuk vaksin Sinovac tentunya. Untuk vaksin dari GAVI kita sudah mengupayakan supaya 10 juta itu bisa kita terima pada bulan Mei 2021 nanti," ujarnya.

Dengan jumlah stok vaksin yang ada, Nadia menegaskan bahwa program vaksinasi tidak akan ditunda pemberiannya atau dihentikan. Hanya saja akan dilakukan prioritas kepada kelompok lansia, guru dan tenaga pendidikan.

"Vaksinasi tidak akan dihentikan, artinya yang penting adalah bagi kita, disaat jumlah vaksinnya terbatas kita melakukan prioritasisasi kelompok mana yang paling rentan untuk mendapatkan prioritas utama. Jadi untuk itu, di bulan April ini karena kita tahu bahwa lansia kelompok rentan. Kriteria pelayanan publik diharapkan bersabar," imbuhnya.

Adapun April ini dijadwalkan Indonesia akan kembali kedatangan vaksin Sinovac dalam bentuk bulk yang akan langsung diproduksi oleh Biofarma dalam waktu 2-3 minggu. "Bio Farma sedang perbesar kapasitas produksi. Maka setiap bulan akan ada jumlah vaksin yang akan kita berikan," kata Nadia.

Baca Juga: Gejala mirip, ini cara membedakan tanda-tanda Covid-19 dengan alergi

Di samping itu, Nadia menegaskan sebagai upaya pengamanan dan ketersediaan stok vaksin, Menteri Kesehatan dan Menteri Luar Negeri terus memastikan komitmen dari COVAX-GAVI dalam pemenuhan pengiriman vaksin ke Indonesia pada Mei mendatang.

Selain itu, pemerintah juga terus menjajaki vaksin-vaksin lainnya yang saat ini memang sudah selesai uji klinis tahap tiganya dan sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh WHO.

"Kemudian dinegosiasikan untuk potensi-potensi menutupi kekurangan vaksin yang mungkin bisa terjadi pada periode yang akan datang. Dipastikan bahwa vaksinasi tidak akan kita kurangi atau bahkan dihentikan. Pemerintah akan tetap mengupayakan ketersediaan vaksin ini sesuai dengan stok maupun buffer yang sudah kita rencanakan," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×