kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Badan Siber dan Sandi Negara luncurkan Honeypot penangkal serangan siber


Kamis, 07 Februari 2019 / 16:10 WIB
Badan Siber dan Sandi Negara luncurkan Honeypot penangkal serangan siber


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) meluncurkan portal daring bernama Honeypot yang dapat mendeteksi serangan siber kepada dan dari Indonesia. Kehadiran portal ini diharapkan dapat menekan serangan siber kepada Indonesia dari luar ataupun dari Indonesia ke negara lain.

Kepala BSSN  Djoko Setiadi mengatakan, sistem ini dapat melakukan deteksi dan mengunci sumber serangan siber yang kemudian bisa dianalisa oleh pihak BSSN.  "Untuk saat ini, kita baru memiliki 21 sensor di enam provinsi, tahun ini kami berencana untuk menempatkan di setiap 34 provinsi di Indonesia," jelasnya, Kamis (7/2). 

Walau tak merinci berapa anggaran untuk pengadaan ini, namun ia memastikan sumber pendanaan berasal dari anggaran BSSN.

Sulistyo Direktur Deteksi Ancaman Deputi Bidang Identifikasi dan Deteksi BSSN menambahkan, melalui sistem ini, BSSN dapat memiliki arsip data serangan, terutama dalam bentuk Malware, yang menyerang siber Indonesia dan melakukan kajian terhadapnya. Honeypot ini merupakan hasil kerjasama antara BSSN dengan badan Honeynet Project Indonesia.

Dalam catatannya, sepanjang tahun 2018 terjadi 12,9 juta kali serangan siber pada Indonesia dan 0,4% diantaranya dalam bentuk Malware. Beberapa insiden siber di Indonesia yang pernah terjadi adalah pada Agustus 2018 lalu, BSSN mendeteksi sebuah Ransomware dari India yang menargetkan institusi kesehatan di Yogya.

Ada juga Malware Wannacry pada Mei 2017 yang menargetkan perusahaan besar kantor pemerintah dan fasilitas kesehatan di seluruh dunia. Tak hanya itu, ada juga peretasan Telkomsel April 2017 yang menarget halaman utama Telkomsel serta peretasan pada situs tiket.com pada April 2017.

"Setiap tahun terjadi pertumbuhan serangan rata-rata 15%," jelas Sulistyo.

Maka dengan pertumbuhan tren tersebut, ditambah iklim pemilihan umum 2019 yang semakin hangat, Sulistyo menyamapaikan pihaknya akan terus memantau bentuk-bentuk serangan siber di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×