kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.800   -4,00   -0,03%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Awas, pertumbuhan ekonomi akan melambat


Kamis, 16 Januari 2014 / 09:43 WIB
Awas, pertumbuhan ekonomi akan melambat
ILUSTRASI. Indeks dollar AS menguat lantaran China mengalami kekurangan listrik.. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/wsj.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Siap-siap menghadapi kondisi perekonomian yang memburuk pada tahun ini dibandingkan dengan tahun 2013. Perhitungan Bank Dunia (World Bank), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini lebih lambat dari tahun lalu. Kondisi ini antiklimak dengan perbaikan ekonomi di tingkat global.

Hasil analisa World Bank yang dipublikasikan Rabu (15/1), pertumbuhan ekonomi RI tahun 2013 sebesar 5,5%, tapi melambat pada 2014 menjadi 5,3%. Padahal, ekonomi di tingkat global tumbuh 2,4% pada 2013 dan meningkat jadi 3,2% tahun 2014.

Menurut World Bank, RI gagal menyelaraskan pertumbuhan ekonomi di tingkat global karena terkendala sejumlah masalah. Pertama, terjadinya perlambatan investasi, terutama untuk alat berat dan industri mesin. Kedua, rencana penghapusan stimulus bank sentral Amerika Serikat (AS) atau US Federal Reserve akan menjadikan kondisi pasar modal dunia terus bergejolak dan menghambat akses Indonesia terhadap dana eksternal. "Penghapusan stimulus juga pertanda perbaikan ekonomi di AS. Ini juga ancaman bagi ekonomi Indonesia, karena arus modal berkurang," kata World Bank Group President Jim Yong Kim, kemarin.

Ketiga, pertumbuhan konsumsi domestik yang selama ini menopang perekonomian, bakal melemah akibat inflasi dan tekanan nilai tukar rupiah. Keempat, proyeksi keuangan terlihat rentan akibat belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Keempat, pemerintah Indonesia salah mengambil kebijakan mengurangi impor untuk menekan defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD). Memang, CAD bisa berkurang dari tahun 2013 sebesar US$ 31 miliar (3,5% PDB), turun menjadi US$ 23 miliar (2,6%) tahun 2014. Namun, pengurangan impor memperlambat dunia usaha dan ekonomi.

Seharusnya, pemerintah mendorong ekspor untuk mengurangi CAD. Caranya, dengan membuat peraturan perdagangan dan logistik yang lebih sedeharna. "Langkah-langkah perbaikan iklim usaha sangat penting untuk menarik investasi," ujar Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia.

Meremehkan Indonesia

Menteri Keuangan Chatib Basri, yang menilai prediksi Bank Dunia terlalu pesimistis. Proyeksi itu juga menandakan World Bank meremehkan potensi Indonesia dan tidak sesuai dengan fundamental ekonomi RI dan global. Chatib meyakini pertumbuhan ekonomi RI tahun 2014 akan berada di kisaran antara 5,8%-6,1%.  "Prediksi mereka (Bank Dunia) tahun lalu saja keliru, ini juga menurut saya tidak tepat," ujar Chatib.

Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton H. Gunawan, berpendapat, jika ekonomi dunia membaik, seharusnya mendorong perekonomian Indonesia. Sektor ekspor akan terangkat. Harga komoditas juga kian membaik. "Jadi saya pikir lebih tinggi dari perkiraan Bank Dunia," ujar Anton.

Anton menghitung, pertumbuhan ekonomi Indonesia setidaknya akan berada di atas 5,5% untuk tahun 2014. Sementara untuk pertumbuhan ekonomi global akan berada di level 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×