Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah sudah bersepakat, asumsi kurs rupiah yang digunakan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 sebesar Rp 15.000 per dollar AS.
Menurut Piter Abdullah, ekonom Core, asumsi rupiah tersebut realistis. "Saya kira pas, realistis. Tekanan besar terhadap rupiah terjadi di awal tahun," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (30/10)
Menurut Piter, tekanan terhadap rupiah memang masih akan tinggi di awal tahun depan apalagi kondisi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sampai akhir tahun ini tidak cukup membaik dan diperkirakan akan tembus 3% dari produk domestik bruto (PDB).
Namun, berbagai kebijakan fiskal dan moneter akan terasa dampaknya di awal tahun 2019. "Kebijakan yang sudah diambil Bank Indonesia (BI) dan pemerintah akan terasa efektif mulai awal tahun depan akan dapat mengerem laju pelemahan rupiah," ungkap Piter.
Dia memperkirakan pada semester II 2019 atau pasca pemilu, rupiah akan mendapatkan momentum penguatan. Sehingga keseluruhan tahun rupiah bisa berada dikisaran asumsi pemerintah sebesar Rp 15.000. "Kalau awal tahun nanti rupiah bisa sekitar Rp 15.400," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News