kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asing kembali datang, risiko masih membayang


Kamis, 12 Juli 2018 / 09:44 WIB
Asing kembali datang, risiko masih membayang
ILUSTRASI. Mata Uang Rupiah dan Dollar Amerika


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan moneter ketat oleh Bank Indonesia (BI) diklaim berhasil menyelamatkan perekonomian nasional. Ini terlihat dari dana asing yang selama ini keluar (capital outflow) mulai masuk ke pasar domestik.

Namun tekanan terhadap perekonomian nasional diperkirakan belum berakhir, karena ada masalah perang dagang dan kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) sebanyak dua kali lagi tahun ini.

Sektor keuangan juga dinilai membaik ditandai dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada perdagangan Rabu (11/7), IHSG kembali menguat 11,6 poin atau 0,2% menjadi 5.893,36. Ini merupakan hari ketiga indeks mencetak penguatan.

Rupiah juga sempat membaik pada awal pekan. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah pada Senin (9/7) menguat ke level Rp 14.332 per dollar AS dibanding posisi Jumat (6/7) Rp 14.409 per dollar AS. Penguatan kembali berlanjut pada Selasa (10/7) ke level Rp 14.326 per dollar AS. Meski pada Rabu, rupiah sedikit melemah ke level Rp 14.392 per dollar AS.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penguatan rupiah tersebut menunjukkan bahwa langkah-langkah kebijakan yang dilakukan BI, sudah tepat. Kenaikan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 100 basis points (bps) dalam dua bulan belakangan memang tertuju agar pasar keuangan Indonesia lebih kompetitif, khususnya pasar Surat Berharga Negara (SBN).

"Alhamdulillah dalam beberapa waktu terakhir ini terjadi arus masuk asing ke pasar SBN dan itu menjadi satu poin positif yang memang mendorong stabilitas nilai tukar," kata Perry saat ditemui di Gedung DPR, Rabu (11/7).

Tak hanya kebijakan BI, koordinasi antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal serta reformasi struktural, juga mendorong masuknya arus modal asing (capital inflow). Di pasar SBN, jumlah dana asing pada Selasa (10/7) mencapai Rp 832 triliun, naik dari akhir Juni 2018 yang sebesar Rp 830 triliun.

Di pasar saham, dana asing mencatatkan net pembelian (capital inflow) sebesar Rp 565,21 miliar dalam dua hari terakhir. Perinciannya, capital inflow pada Selasa (10/7) Rp 133,63 miliar dan Rabu (11/7) Rp 431,57 miliar.

"BI akan terus berada di pasar untuk melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar," kata Perry.

Hanya sementara

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah menegaskan, dengan sudah adanya capital inflow, investor asing sudah melihat yield Indonesia menarik. "Investor-investor sudah melihat yield di Indonesia termasuk attractive," ungkap Nanang.

Jika tidak ada gejolak lagi, investor asing diperkirakan semakin besar masuk ke pasar domestik. "Mungkin equity belum begitu banyak. Dari SBN, sekitar Rp 6 triliun sudah masuk, dalam lima hari terakhir," kata Nanang.

Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom Institute for Development Economic and Finance (INDEF) menganalisa, dana asing yang kembali ke pasar domestik adalah wajar. Pasarnya, harga pembelian SBN kembali menarik investor pasca kenaikan suku bunga acuan BI.

Namun Bhima memprediksi kondisi ini hanya bersifat sementara. "Fed Rate akan kembali naik pada Agustus-September yang membuat yield US Treasury dengan SBN melebar lagi," jelas Bhima.

Apalagi, kini tengah berlangsung trade war atau perang dagang AS dengan China. "Perang dagang menjadikan investor menghindari aset berisiko seperti SBN dan obligasi negara berkembang lainnya. Investor pasti lebih memilih aset safe haven seperti dollar AS," papar Bhima.

Eric Sugandi, Project Consultant Asian Development Bank (ADB) sepakat, pemerintah dan BI harus tetap waspada pada kondisi saat ini. Pasalnya, tekanan dari faktor eksternal belum sepenuhnya redah. "Risiko perang dagang meluas, AS vs China, lalu Uni Eropa, Meksiko, hingga Kanada. Perang dagang menyebabkan outflows dari emerging markets," jelas Eric.

Di sisi lain, investor asing biasanya selalu profit taking. Mereka masuk saat harga murah, dan keluar pasca harga naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×