kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.970.000   24.000   1,23%
  • USD/IDR 16.319   -22,00   -0,13%
  • IDX 7.469   124,49   1,70%
  • KOMPAS100 1.044   14,12   1,37%
  • LQ45 790   8,31   1,06%
  • ISSI 251   6,62   2,71%
  • IDX30 409   4,38   1,08%
  • IDXHIDIV20 473   6,01   1,29%
  • IDX80 118   1,61   1,38%
  • IDXV30 122   3,33   2,82%
  • IDXQ30 131   1,50   1,16%

Asian Development Bank Proyeksi Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,1% di 2026


Rabu, 23 Juli 2025 / 14:06 WIB
Asian Development Bank Proyeksi Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,1% di 2026
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (16/7). Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,1% pada 2026.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,1% pada 2026, nyaris stagnan dari proyeksi pertumbuhan tahun 2025 yang sebesar 5,0%. 

Dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) July 2025, proyeksi pertumbuhan yang relatif moderat ini mencerminkan masih kuatnya permintaan domestik, tetapi juga mencerminkan melemahnya ekspor bersih dan beberapa hambatan struktural yang belum terselesaikan di 2025

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil, namun perlambatan di kuartal pertama 2025 menjadi 4,9% menunjukkan tekanan pasca pemilu, melambatnya investasi, dan lemahnya kinerja ekspor," tulis ADB dalam laporannya dikutip Rabu (23/7).

Baca Juga: Belanja Negara Naik Biayai Program Prioritas

ADB mencatat, konsumsi rumah tangga masih menjadi mesin utama pertumbuhan, sementara investasi swasta menunjukkan tren perlambatan.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak 25 basis poin pada Juli 2025, menandakan pelonggaran moneter untuk mendukung aktivitas ekonomi.

Meski terdapat indikasi rebound permintaan dari data impor April–Mei, ADB mewanti-wanti bahwa lesunya produksi industri, lambatnya penciptaan lapangan kerja formal, dan lemahnya investasi swasta menjadi hambatan utama bagi akselerasi pertumbuhan ke depan.

Di tingkat regional, ADB bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan Asia Tenggara dari 4,7% menjadi 4,2% pada 2025 dan 4,3% pada 2026.

Indonesia menjadi pengecualian karena proyeksinya tidak direvisi, namun tetap tidak menunjukkan percepatan signifikan, berbeda dengan negara-negara lain yang berharap rebound.

Baca Juga: Tantangan Pemerintah Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 2026, CORE: Eksekusi Jadi Kunci

“Situasi global yang tidak pasti, ketegangan dagang, dan lemahnya ekspor turut membayangi prospek kawasan, termasuk Indonesia,” tulis ADB.

ADB juga melaporkan bahwa inflasi Indonesia diperkirakan naik perlahan ke arah 2,5% ±1% pada 2026, dari perkirakan inflasi 1,5% pada 2025.

Pelonggaran moneter dilakukan secara hati-hati di tengah rendahnya tekanan harga, namun ADB mengingatkan bahwa risiko eksternal, seperti eskalasi tarif global dan gejolak pasar energi, masih bisa mempengaruhi inflasi dan pertumbuhan domestik.

Risiko Baru dari Eskalasi Tarif Global

ADB juga menyoroti risiko eksternal baru yang membayangi perekonomian kawasan, termasuk Indonesia, yakni eskalasi perang dagang global yang memicu peningkatan tarif oleh negara-negara besar, khususnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Dalam skenario terburuk, perang tarif ini bisa menekan pertumbuhan global hingga 1,4 poin persentase pada 2026. Penurunan ini mencerminkan dampak dari ketegangan perdagangan, perlambatan sektor pariwisata, dan beban utang rumah tangga.

Bahkan dalam skenario tarif yang lebih moderat, ADB memproyeksikan pertumbuhan negara-negara berkembang Asia bisa turun hingga 0,5 poin. 

Baca Juga: Kesepakatan Dagang RI-AS Berpotensi Bebani Neraca Dagang dan Pertumbuhan Ekonomi

"Aktivitas ekonomi yang melemah, kondisi keuangan yang memburuk, dan penurunan kepercayaan memperburuk dampak dari kenaikan tarif," tulis ADB dalam laporanna.

Sebagian besar dampaknya diperkirakan akan terasa pada 2026, seiring waktu penerapan guncangan tarif tersebut.

Indonesia sendiri sudah menjadi bagian dari perjanjian dagang terbatas dengan AS yang menetapkan tarif 19% atas barang-barang yang masuk ke pasar Amerika.

Kenaikan tarif ini dapat membatasi ekspor Indonesia ke pasar utama, terutama untuk produk manufaktur, tekstil, dan logam dasar.

Selanjutnya: Promo Alfamart Noodle Fair 16-31 Juli 2025, Mie Sedaap Cup Beli 2 Lebih Murah

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Noodle Fair 16-31 Juli 2025, Mie Sedaap Cup Beli 2 Lebih Murah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×