Reporter: Indra Khairuman | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) mengumumkan rencana untuk memperkuat dukungan terhadap ketahanan pangan dan gizi di kawasan Asia dan Pasifik.
Fokus utama dari rencana ini mencakup pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan dan inklusif, serta peningkatan akses terhadap makanan bergizi bagi populasi rentan.
ADB berencana menambah dukungan finansial sebesar US$ 26 miliar. Dengan tambahan ini, total pendanaan ADB untuk inisiatif ketahanan pangan pada periode 2022 hingga 2030 akan mencapai US$ 40 miliar.
Baca Juga: Otorita IKN-Asian Development Bank Bahas Sinergi Percepatan Pembangunan IKN
Dana tersebut akan digunakan untuk mendanai program-program komprehensif yang mencakup seluruh rantai pasok pangan—mulai dari produksi pertanian dan pengolahan hingga distribusi dan konsumsi.
“Kekeringan, banjir, panas ekstrem, dan sumber daya alam yang terdegradasi yang belum pernah terjadi sebelumnya mengurangi produksi pertanian, dan pada saat yang sama mengancam ketahanan pangan dan mata pencharian di pedesaan,” ujar Masato Kanda, Presiden ADB, dalam keterangan tertulis yang dikutip Kontan.co.id, Senin (5/5).
Ia juga menambahkan bahwa perluasan dukungan ini bertujuan untuk membantu negara-negara mengurangi kelaparan, memperbaiki pola makan, melindungi lingkungan, serta menciptakan peluang bagi para petani dan pelaku agribisnis.
Rencana ini merupakan kelanjutan dari komitmen ADB yang disampaikan pada September 2022, yakni untuk menginvestasikan US$ 14 miliar hingga tahun 2025 guna meningkatkan ketahanan pangan dan mengatasi krisis pangan di kawasan Asia dan Pasifik.
Baca Juga: Kementerian PU - ADB Jajaki Kerja Sama Pembiayaan Infrastruktur Ketahanan Pangan
Hingga akhir 2024, ADB telah mengalokasikan US$ 11 miliar atau sekitar 80% dari komitmen awal, dengan tambahan investasi sebesar US$ 3,3 miliar direncanakan pada 2025.
Dari tambahan dana sebesar US$ 26 miliar, sebanyak US$ 18,5 miliar akan disalurkan sebagai dukungan langsung kepada pemerintah, sedangkan US$ 7,5 miliar akan dialokasikan untuk investasi di sektor swasta.
ADB juga menargetkan agar pada tahun 2030, porsi investasi dari sektor swasta mencapai lebih dari 27% dari total program senilai US$ 40 miliar. Hal ini menekankan peran penting sektor swasta sebagai pendorong transformasi sistem pangan.
Lebih dari separuh populasi dunia yang mengalami kekurangan gizi berada di negara-negara berkembang di Asia. Selain itu, hilangnya keanekaragaman hayati dan meningkatnya kasus malnutrisi turut membebani sistem pangan, yang menyumbang 70% penggunaan air global, 50% pemanfaatan lahan yang dapat dihuni, dan 80% penyebab hilangnya keanekaragaman hayati.
Baca Juga: Presiden Prabowo dan Presiden Senat Kamboja Komitmen Jaga Stabilitas Kawasan
Sistem pangan di kawasan ini juga menyerap sekitar 40% tenaga kerja. Oleh karena itu, transformasi sistem pangan menjadi semakin mendesak untuk memastikan keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan di kawasan Asia dan Pasifik.
Selanjutnya: Tekstil Dibanjiri Impor, Duniatex Belum Mampu Jadi Tolak Ukur Pemulihan
Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Bali, Denpasar Dominan Diguyur Hujan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News