kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,41   -5,94   -0.64%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asia, AS dan Eropa miliki tantangan berbeda dalam pemulihan ekonomi


Rabu, 19 Mei 2021 / 16:58 WIB
Asia, AS dan Eropa miliki tantangan berbeda dalam pemulihan ekonomi
ILUSTRASI. Asia, AS dan Eropa miliki tantangan berbeda dalam pemulihan ekonomi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bahwa kawasan Amerika Serikat (AS), Asia hingga Eropa memiliki tantangan yang berbeda-beda dalam pemulihan ekonomi.

Menurut Andry, untuk Amerika Serikat, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menghadapi ekspektasi inflasi bila pemulihan ekonominya sangat cepat.  

"Tantangannya apakah AS akan kemudian recover sangat cepat. Kalau recover sangat cepat ujungnya adalah bagaimana outlook tingkat inflasinya," ujar Andry dalam media Gathering Virtual Economic Outlook & Industri Kuartal II 2021, Rabu (19/5).

Dia menjelaskan, bila tingkat inflasi meningkat maka yang dijadikan acuan oleh pasar adalah kapan The Fed akan melakukan tapering dan setelahnya kapan suku bunga The Fed akan dinaikkan kembali.

Baca Juga: Bank Mandiri proyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,4% pada tahun ini

Sementara, tantangan dari kawasan Eropa adalah adanya kasus Covid-19 yang kembali mengalami peningkatan kembali yang berdampak pada beberapa negara di Eropa kembali melakukan lockdown.

"Pertanyaannya, apakah Eropa akan mengikuti jejak Amerika Serikat mulai reopening lagi sehingga ekonominya juga akan mulai pulih," kata Andry.

Sementara itu, tantangan yang dihadapi di Asia berkaitan dengan penanganan kasus Covid-19 yang meningkat.

Menurutnya, melihat adanya kondisi di India beberapa waktu terakhir, menimbulkan pertanyaan apakah sebagian besar negara Asia akan menurunkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global karena gagal mengamankan peningkatan kasus Covid-19 di negara masing-masing.

Baca Juga: Kuartal I 2021, Bank Sulselbar kantongi laba bersih Rp 219,54 miliar

Adapun, Andry menerangkan kekhawatiran yang muncul pada akhirnya adalah divergensi atau perbedaan dari pemulihan ekonomi secara global. "Kalau ada divergence kemudian pertanyaannya adalah apakah kemudian respon kebijakannya berbeda-beda," kata Andry.

Andry menambahkan, bila negara-negara berkembang belum siap menghadapi fase kenaikan suku bunga acuan ke depan, ini akan berdampak pada larinya modal dari negara berkembang ke negara maju. 

Selanjutnya: Unilever Indonesia (UNVR) donasikan 1.400 unit kabinet pendingin vaksin Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×