kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Arus dana asing masuk Rp 8,26 triliun, pasar modal belum bisa tenang


Minggu, 28 Oktober 2018 / 07:00 WIB
Arus dana asing masuk Rp 8,26 triliun, pasar modal belum bisa tenang


Reporter: Grace Olivia, Martyasari Rizky | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing mulai deras masuk ke pasar obligasi Tanah Air. Bank Indonesia mencatat, asing memborong Surat Berharga Negara (SBN) pekan ini dengan net inflow Rp 9,09 triliun, sehingga tercatat arus dana asing bersih sepanjang bulan hingga 25 Oktober mencapai Rp 8,26 triliun.

Dengan begitu, sepanjang tahun ini aliran dana masuk ke SBN tercatat sebesar Rp 22,97 triliun.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, Jumat (26/10), perkembangan ini menunjukkan bahwa langkah kebijakan menaikkan suku bunga acuan yang ditempuh BI cukup efektif menarik modal asing masuk kembali ke pasar domestik. Kenaikan suku bunga tak hanya sebagai langkah strategis menurunkan defisit transaksi berjalan (CAD) bersama dengan pemerintah, tetapi juga meningkatkan daya tarik aset keuangan Indonesia di mata investor asing.

"Kenaikan suku bunga dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah mendorong aliran masuk modal asing dalam bentuk portfolio terutama yang terkait dengan fixed income securities yaitu SBN," lanjut Perry.

Kendati demikian, kondisi ini diperkirakan hanya sementara lantaran sejumlah sentimen negatif masih berpotensi menyelimuti pasar hingga akhir tahun.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede, mengakui, keadaan pasar domestik sepanjang Oktober cukup positif dan reda dari serbuan sentimen global.

Pasar obligasi domestik masih berpotensi mengalami gejolak jelang akhir tahun nanti. 

 "Pertama, awal November nanti akan ada rilis data CAD (current account deficit) yang diperkirakan melebar. Pasar pasti akan mengantisipasi hal tersebut," kata Josua.

Kedua, bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserves juga dipastikan akan mengerek suku bunga acuannya pada bulan Desember. "Bank Indonesia kemungkinan akan merespon dengan menaikkan lagi suku bunga 25 basis poin untuk meredam sentimen negatif yang akan muncul," lanjutnya.

Faktor tersebut, menurut Josua, akan kembali membuat pasar obligasi dalam negeri rentan. Belum lagi, perkembangan sentimen global lainnya masih mungkin muncul seperti dari kebijakan moneter bank sentral Eropa atau perkembangan isu Brexit.

"Masih ada faktor-faktor yang mendorong penguatan dollar AS lagi," pungkas Josua.

Sedangkan dari sisi fundamental internal, ekonom melihat, kondisi Indonesia masih baik dengan potensi return lebih baik ketimbang negara tetangga. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengingatkan, potensi keluarnya dana asing pada Desember, ketika The Fed menaikkan bunga. 

Saya pikir kita harus tetap waspada. Investor yang masuk ini lebih advance, maka mereka ini lebih praktis dalam mengolah dana. Jadi, kalau misal terjadi gejolak eksternal lagi, besar kemungkinan mereka akan kembali keluar dari pasar Indonesia," ujar David.

David juga menambahkan, kalaupun pemerintah ingin mendatangkan investor asing, pemerintah diharapkan lebih bisa memilih investor dengan karakteristik jangka panjang.

Sehingga, bila terjadi gejolak eksternal, sangat kecil kemungkinan investor tersebut akan keluar dari pasar Indonesia. Misalnya, seperti dana pensiun, asuransi, serta bank sentral negara lain.

Sementara di pasar saham, BI memantau aliran masuk modal mencapai Rp 200 miliar. Namun sepanjang tahun, pasar saham masih mencetak outflow sekitar Rp 4,41 triliun seiring dengan pergerakan indeks harga saham di AS yang juga masih volatil.

Secara keseluruhan, Perry menyebut, kombinasi kebijakan BI dan pemerintah, disertai dukungan perbankan dan korporasi terus memberi kontribusi pada mekanisme pasar valas dan mendukung stabilitas rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×