Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Hujan baru saja reda, Kamis (13/3/2014) petang, setelah seharian mengguyur sebagian wilayah Jakarta. Hiruk-pikuk yang sempat tertunda karenanya, kembali menyala. Tak terkecuali di Kantor DPP PDI Perjuangan, di Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Rapat rutin berlangsung di markas partai itu. Semua pimpinan pengurus pusat hadir, termasuk Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Keramaian justru semakin menjadi, saat warna langit meredup.
Puluhan pewarta dari berbagai media ikut mengawal agenda rapat, meski hanya dari luar ruangan. Rumor yang beredar, rapat ini bakal memutuskan siapa calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung PDI-P.
Pada Kamis sore, Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Tjahjo Kumolo sebenarnya telah membuat pernyataan tertulis. Dia membantah rumor tersebut. Menurut Tjahjo, rapat hanya menyertakan kalangan internal dan semata membahas pemenangan pemilu legislatif.
Namun, apa mau dikata, rumor kerap kali lebih dipercaya dan sudah telanjur menyebar cepat. Untuk memastikan benar atau tidaknya, para pewarta berjaga. Apalagi, banyak wajah yang tak setiap saat muncul ke ranah publik terkait partai ini, hadir di sana.
Ada pula wajah-wajah asing berpakaian rapi yang belakangan tiba. Tak sedikit dari mereka datang menumpang mobil mewah. Ternyata, benar saja, mereka adalah tamu spesial untuk rapat malam itu.
Wajah-wajah asing ini ternyata para pengusaha yang rata-rata berasal dari DKI Jakarta. Macam-macam usahanya. Ada pengusaha kelontong, elektronik, telekomunikasi, juga properti. Tjahjo belakangan mengatakan, ada 75 tamu terjadwal hadir dengan 60 di antaranya adalah pengusaha.
Menurut Tjahjo, para tamu itu berdatangan bukan karena diundang, melainkan berbekal inisiatif masing-masing. Mereka, ujar dia, ingin mendengar platform partai. Dukungan, tentu saja ada, dan Tjahjo pun tak menampiknya.
Meski demikian, Tjahjo mengatakan pula bahwa kalaupun ada bantuan dana hendak digelontorkan para pengusaha ke partainya, aturan harus tetap diikuti. Apalagi, kata dia, bagi PDI-P bantuan nyata bukanlah berupa uang, melainkan suara. "Kami partai kecil. Sumbangan yang paling berarti buat kami bukan uang tapi suara," ujar dia.
Malam itu, rapat rutin, tetapi tidak biasa tersebut, berlangsung selama dua jam. Megawati datang sedikit terlambat, barangkali karena hujan. Itu pun hanya satu jam dia berada di sana untuk kemudian berlalu bersama Wakil Sekretaris PDI-P Hasto Kristiyanto.
Seusai pertemuan, beberapa pengusaha bertutur bahwa rapat memaparkan kondisi Indonesia hari ini. Menurut mereka, tak ada pembicaraan soal calon presiden. PDI-P, imbuh mereka, hanya meminta dukungan untuk memenangkan pemilu.
Wakil Sekretaris PDI-P Eriko Sotarduga tak menampik penuturan para pengusaha itu. Dia mengatakan para pengusaha adalah aset berharga. Bukan dari uang, sekali lagi, melainkan dari potensi sumbangan suara para karyawan pengusaha itu.
Eriko mengatakan wajar partainya berharap pengusaha dan karyawan mereka mendukung PDI-P. Lagi pula, ujar dia, permintaan dukungan yang sama juga mereka sampaikan kepada masyarakat sipil. "Kami meminta dukungan utuh. Kami juga menerima masukan," kata dia.
Ibarat kembang, PDI-P adalah salah satu bunga yang diperkirakan bakal mekar pada Pemilu 2009. Layaknya kembang, sari madu di putiknya jelas menggoda para kumbang. Dalam hal ini, bisa jadi madu dan putik itu adalah kekuasaan sebagai hasil Pemilu 2014, dengan para pengusaha maupun tamu-tamu istimewa lainnya adalah para kumbang yang hendak mencicip nikmat darinya.
Setelah dua periode menjadi oposisi, PDI-P bak kembang paling menggoda menurut survei dan pakar. Lagi pula, kalau memang tak ada potensi kemenangan digenggam partai ini, mungkinkah begitu banyak tamu istimewa berdatangan? Lima tahun lalu, rasanya pun tak sesemarak itu. Bisa jadi, dari Lenteng Agung sudah menguar aroma kekuasaan...(Indra Akuntono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News