kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Aprindo: Optimisme konsumen menguat karena inflasi terjaga


Minggu, 09 Desember 2018 / 11:02 WIB
Aprindo: Optimisme konsumen menguat karena inflasi terjaga
ILUSTRASI. Gerai Ramayana


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen pada November 2018 menguat. Tekanan kenaikan harga selama Desember 2018 hingga Februari 2019 pun diperkirakan lebih baik. 

Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menjelaskan kondisi tersebut didukung oleh tingkat inflasi yang terjaga selama November 2018.

"November secara bulanan inflasi 0,27%, kita ketahui dengan demikian inflasi terjaga baik," ungkap Roy saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (8/12).

Selain itu faktor seasonal juga menjadi faktor pendukung. Menjelang akhir tahun konsumen membelanjakan uangnya untuk persiapan liburan.

"Kondisi ini dirasakan di kota-kota besar, dan waktu belanjanya bulan November," jelas Roy.

Selain itu ekspektasi kondisi ekonomi dan politik yang kondusif juga memperkuat keyakinan konsumen.

Dengan keyakinan konsumen yang kuat, Roy mengharapkan pertumbuhan ritel bisa mencapai 9% hingga 10%. Pertumbuhan tersebut diharapkan sesuai dengan beberapa indikator seperti, tunjangan hari raya (THR) untuk pensiunan, gaji bulan ke 13, dan beberapa subsidi yang masih dipertahankan. Juga pesta demokrasi yang memacu pengeluaran pemerintah.

"Kita harapkan bisa di angka 9% sampai 10% karena tahun lalu rendah hanya 6% sampai 6,5%," ungkap Roy.

Dia juga menjelaskan penguatan rupiah membuat kenaikan harga tidak signifikan. Apalagi produk impor juga semakin dibatasi pasokannya di dalam negeri. Pasalnya saat rupiah melemah, justru kenaikan harga produk impor tinggi.

"Sekarang rupiah menguat. Biasanya kalau sudah terjadi pelemahan rupiah selama satu kuartal, kuartal berikutnya terjadi eskalasi," jelasnya.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×