Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
Namun, Ujang menilai lanskap politik nasional akan sangat berbeda. Oleh karena itu, Anies terpaksa melupakan kelompok yang sudah berjasa membawanya ke kursi DKI 1. "Anies kalau hanya didukung 212 itu sesuatu kekurangan. Anies kalau mau capres harus didukung semua kalangan," ucap Ujang.
Bangun Citra Pro Keberagaman
Analis politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno menilai kedekatan Anies dengan kelompok islam tertentu membuat elektabilitas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu stagnan.
"Anies tidak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang kelompok Islam tertentu. Memang solid pendukungnya, tapi kan tidak bisa melebar ke mana pun, karena kelompok lain agak sulit merapat. Wajah agamanya terlampau dominan," jelas Adi.
Baca Juga: Reuni 212, DKI Siagakan pasukan oranye hingga bus toilet
Oleh karena itu, Adi menilai wajar jika belakangan Anies berupaya memoles dirinya agar terlihat pro keberagaman. Ini ditunjukkan Anies saat bertemu dengan Ketua Perwakilan Wilayah Nadhlatul Ulama Jawa Timur, Marzuki Mustamar.
Adi menilai kunjungan itu merupakan hasil kalkulasi politik yang matang karena selama ini Anies dianggap hanya mewakili basis pemilihnya di Pilkada Jakarta 2017 yang sarat politik identitas.
“Karena basis Nahdliyin (warga NU) yang selama ini memang punya tarikan mazhab yang agak beda dengan basis (pemilih) Anies. Kelompok Nahdliyin kan agak susah menerima Anies karena Anies terlampau dekat dengan kelompok-kelompok yang dianggap tidak plural itu,” ungkap Adi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Anies Mulai Menjaga Jarak dari Kelompok 212...",
Penulis : Ihsanuddin
Editor : Ihsanuddin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News