kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Anggaran Infrastruktur Jumbo Belum Efektif Serap Tenaga Kerja di Sektor Konstruksi


Selasa, 16 Januari 2024 / 17:24 WIB
Anggaran Infrastruktur Jumbo Belum Efektif Serap Tenaga Kerja di Sektor Konstruksi
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan pembuatan konstruksi Jalan Tol Jogja-Bawen seksi I Junction Sleman-Banyurejo di Banyurejo, Tempel, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (9/8/2023). Anggaran Infrastruktur Jumbo Pemerintah Belum Efektif Serap Tenaga Kerja di Sektor Konstruksi, Ini Alasannya.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi anggaran infrastruktur pada 2023 mencapai Rp 455,8 triliun, atau tumbuh 22,2% dibandingkan tahun 2022.

Akan tetapi, realisasi anggaran infrastruktur ini tidak sebanding dengan serapan tenaga kerja di bidang konstruksi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, penyerapan tenaga kerja konstruksi hanya meningkat sebanyak 0,77 juta orang pada Agustus 2022.

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita menilai, realisasi belanja infrastruktur pemerintah memang tidak bisa dibandingkan dengan serapan tenaga kerja di sektor konstruksi.

Baca Juga: Anggaran Infrastruktur Meningkat, Serapan Tenaga Kerja Sektor Konstruksi kok Rendah

Hal ini karena, kontribusi belanja infrastruktur pemerintah terhadap sektor konstruksi tidak terlalu besar.

Di samping itu, secara keseluruhan sektor konstruksi mengalami pertumbuhan yang lambat di 2023. Ini karena proyeksi permintaan di sektor properti tercatat melambat di tahun yang sama.

“Nah, karena itulah menjelang akhir tahun 2023 pemerintah mengeluarkan berbagai macam insentif fiskal untuk sektor properti agar permintaannya bergairah kembali. Jadi secara keseluruhan, pertumbuhan investasi baru di sektor konstruksi dan properti sebenarnya melambat. Inilah faktor utamanya,” tutur Ronny kepada Kontan.co.id, Selasa (16/1).

Baca Juga: Pelayaran Kurnia (KLAS) Siapkan Capex Rp 184,18 Miliar di 2024, Ini Penggunaannya

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat tenaga kerja di sektor konstruksi adalah adanya kemajuan teknologi di bidang konstruksi. Sehingga adanya teknologi ini mengurangi penggunaan tenaga kerja manusia di sektor tersebut.

Ia mencontohkan, di Amerika Serikat misalnya, adanya kemajuan teknologi berpengaruh paling besar terhadap pengurangan penggunaan tenaga kerja.

Pengaruh teknologi tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan pengaruh perpindahan investasi ke negara dengan biaya tenaga kerja yang lebih murah seperti ke China.

Baca Juga: Kinerja Emiten Telekomunikasi Berpotensi Bangkit, Simak Saham Jagoan Analis

Meski begitu, BPS mencatat peningkatan lapangan kerja di sektor konstruksi termasuk kedua paling besar setelah Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum yang meningkat 1,18 juta orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×