CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Anggaran Infrastruktur Meningkat, Serapan Tenaga Kerja Sektor Konstruksi kok Rendah


Selasa, 16 Januari 2024 / 14:15 WIB
Anggaran Infrastruktur Meningkat, Serapan Tenaga Kerja Sektor Konstruksi kok Rendah
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran infrastruktur pada 2023 mencapai Rp 455,8 triliun, atau tumbuh 22,2% dibandingkan tahun 2022.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA.  Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran infrastruktur pada 2023 mencapai Rp 455,8 triliun, atau tumbuh 22,2% dibandingkan tahun 2022.

Akan tetapi, realisasi anggaran infrastruktur ini tidak sebanding dengan serapan tenaga kerja di bidang konstruksi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tenaga kerja di bidang konstruksi hanya meningkat sebanyak 0,77 juta orang per Agustus 2023.

Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Wahyu Utomo menyampaikan, terdapat dua faktor yang menyebabkan rendahnya serapan tenaga kerja dibidang konstruksi. 

Pertama,  investasi pemerintah pada sektor infrastruktur yang rendah, yakni hanya sekitar 10%. Kedua, investasi dari swasta ke infrastruktur juga menurun, sehingga perlemahan tersebut akan berpengaruh pada pertumbuhan sektor konstruksi yang tidak optimal.

"Artinya meskipun penyerapan realisasi infrastruktur dalam APBN tinggi, bila sektor swasta melemah ya bisa berpengaruh pertumbuhan sektor konstruksi tidak optimal,” tutur Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (16/1).

Dihubungi secara terpisah, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan serapan tenaga kerja dibidang konstruksi tidak optimal.

Pertama, sebagian Proyek Strategis Nasional (PSN) memasuki fase akhir atau hampir selesai di 2023, sehingga tenaga kerja konstruksi terutama dari kontraktor berkurang jumlahnya.

“Beberapa pekerja juga sifatnya temporer, bukan pekerja tetap sehingga penyelesaian proyek juga berpengaruh ke serapan pekerja secara agregat,” kata Bhima.

Kedua, kebanyakan model proyek konstruksi yang sifatnya precast sehingga tidak butuh banyak tenaga kerja. Disamping itu, kemajuan teknologi konstruksi juga mempengaruhi jumlah pekerja proyek infrastruktur.

Ketiga, beberapa proyek menggunakan infrastruktur juga menggunakan tenaga kerja asing, sehingga mempengaruhi serapan tenaga kerja lokal terutama proyek yang sifatnya turnkey atau pembayaran di belakang.

Keempat, secara keseluruhan sektor properti di luar dari infrastruktur seperti perkantoran, apartemen belum sepenuhnya pulih dibanding pra pandemi. “Jadi pekerja di konstruksi komersial juga tumbuh lambat,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×