kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ancaman serangan Covid-19 gelombang ketiga harus diwaspadai


Sabtu, 16 Oktober 2021 / 04:45 WIB
Ancaman serangan Covid-19 gelombang ketiga harus diwaspadai


Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penambahan kasus Covid-19 di Tanah Air berangsur turun. Namun, masih ada potensi gelombang ketiga Covid-19 pada bulan Desember 2021 mendatang. Pasalnya, ada momentum mudik atau kerumunan di perayaan Natal dan Tahun Baru. Kegiatan pulang kampung dan liburan bisa menimbulkan risiko penyebaran Covid-19.

Mengutip pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga khawatir Covid-19 gelombang ketiga akan terjadi akhir tahun ini.

Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi IDI, dr Mahesa Paranadipa Maikel MH mengatakan belum ada prediksi pasti serangan Covid-19 gelombang ketiga, tetapi kita bisa belajar dari kejadian-kejadian peningkatan kasus Covid-19 sebelum-sebelumnya. 

Epidemiolog Universitas Grifftith Australia Dicky Budiman menyebut potensi serangan gelombang ketiga Covid-19 cukup tinggi lantaran beberapa faktor. Pertama, saat ini Indonesia masih ada di level kondisi terkendali, melainkan di level kondisi community transmision. Artinya, sebagian atau mayoritas kasus Covid-19 itu belum terdeteksi. 

"Ini yang harusnya disadari oleh semua, bahwa situasinya masih kritis dan kita belum sampai pada kondisi terkendali," kata Dicky kepada Kontan.co.id, Jumat (15/10). 

Baca Juga: Covid-19 gelombang ketiga diprediksi terjadi Desember 2021, bagaimana menurut IDI?

Kedua, angka kematian yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masih buruknya pelaksanaa 3T di Indonesia, yakni tindakan melakukan tes Covid-19 (testing), penelusuran kontak erat (tracing), dan tindak lanjut berupa perawatan pada pasien Covid-19 (treatment).

"Jadi, kalau bicara pengendalian suatu wabah temasuk pandemi, kalau kematian tinggi berarti ada masalah di hulu sampai ke hilir. Ini artinya, tidak bisa kita mengklaim penanganan Covid-19 kita sudah bagus, enggak masih jauh," tuturnya. 

Lalu, faktor lain juga berasal dari masih rendahnya capaian vaksinasi Covid-19 masyarakat di Indonesia. Dicky menyebut, sampai saat ini capaian vaksinasi belum berada di atas 50% dari total penduduk yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh. 

Tak sampai di situ, mobilitas masyarakat yang kembali tinggi akibat penurunan level Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah, menjadi faktor lain yang dapat mendorong serangan gelombang ketiga Covid-19. 

Semua faktor di atas akan menjadi kombinasi yang sangat berbahaya. Juga diperparah dengan belum selesainya krisis varian delta. Setidaknya masih ada 60% dari total penduduk Indonesia yang masih rawan terinfeksi virus varian delta tersebut. 

"Kombinasi semua inilah yang akan berpotensi membuat peluang gelombang ketiga pada akhir tahun ini atau awal tahun depan. Sekali lagi, ini tidak akan terlihat secara nyata di laporan, karena kapasitas testing kita yang belum sesuai atau merespon eskalasi pandemi," kata Dicky. 

Meskipun kemungkinan serangan Covid-19 gelombang ketiga ini masih tinggi, Dicky berpendapat, akan ada perbedaan dampak dari sisi kasus terinfeksi dan juga kematian yang tidak akan sebesar serangan Covid-19 pada gelombang kedua lalu. Hal ini datang dari kombinasi antara penyintas Covid-19 dan masyarakat yang telah mendapatkan vaksinasi penuh, di mana mereka telah memiliki imunitas. 

Namun demikian, mitigasi masih harus tetap dilakukan, terutama di wilayah luar Jawa yang memiliki keterbatasan dari sisi fasilitas kesehatan (faskes) dan juga angka vaksinasinya yang masih rendah. 

"Harus dipahami dampaknya adalah potensi kematian bisa mendekati dari yang kemarin (gelombang kedua), karena ini terjadi di daerah yang minim faskes, SDM, vaskinasinya, dan juga termasuk status sosial dan ekonomi yang lemah," ujarnya. 

Sehingga dia pun berpesan kepada masyarakat untuk jangan abai, meskipun wilayah domisili mereka penerapan PPKM-nya sudah berada di level 1. Protokol kesehatan 5M harus tetap dijaga, dan setiap individu tetap mawas diri untuk tetap berada di dalam rumah selama tidak ada kegiatan yang mendesak dan harus dilakukan di luar rumah. 

"Seperti itu yang harusnya menjadi new normal yang dilakukan termasuk masalah masker, kebiasan cuci tangan, dan sanitasi hygine harus terus dijalankan," kata Dicky.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Kasus Covid-19 melandai, protokol kesehatan harus tetap dijalankan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×