Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembukaan kembali ekonomi setelah pandemi Covid-19 rupanya tak memicu geliat besar ekonomi China.
Terpantau, perekonomian negara Tirai Bambu justru mengalami perlambatan.
Data terbaru, aktivitas perdagangan internasional China nampak menurun pada bulan Juli 2023.
Bea Cukai China mengungkapkan, impor China turun sebesar 12,4% dan ekspor China pun turun 14,5% pada Juli 2023.
Baca Juga: Anak Buah Luhut Bantah Faisal Basri Soal Hilirisasi Nikel Cuma Untungkan China
Penurunan aktivitas perdagangan internasional ini bisa menjadi salah satu tanda bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 untuk melambat.
Apalagi ditambah, aktivitas konstruksi, manufaktur dan jasa, juga aliran investasi asing langsung yang melemah.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio N. Kacaribu mengaku, pelemahan ekonomi China memang akan berdampak ke Indonesia.
Namun, ia mengira dampaknya tak akan terlalu signifikan.
"Dampak (perlambatan ekonomi China) ke Indonesia masih relatif terukur,"tegas Febrio dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat (11/8).
Ini juga dengan menimbang ekspor Indonesia ke China yang masih tumbuh cukup tinggi, yaitu sekitar 46%.
Yang berarti menunjukkan, tetap ada permintaan dari negara Panda, yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Diperkirakan Tertahan Jelang Tahun Pemilu
"Dengan demikian, kami tetap melihat ada peluang dampak positif dari pembukaan kembali ekonomi China," tambahnya.
Selain itu, Febrio menilai perekonomian Indonesia kuat, ditopang oleh permintaan domestik. Salah satunya, tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang berada dalam zona ekspansif.
Dengan kata lain, Indonesia akan tahan banting dari ketidakpastian dinamika yang terjadi di dunia luar, karena kondisi dalam negeri pun masih solid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News