Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show alias GIIAS 2024 menampilkan sederet mobil listrik, di tengah ambisi pemerintah mewujudkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Enggak main-main. Pemerintah punya target ambisius: dua juta mobil listrik mengaspal di jalanan Indonesia pada 2030 mendatang.
Tujuannya mulia, memangkas emisi karbon. Sebab, sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi CO2.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, tak kurang dari 11 juta mobil di jalanan Indonesia saat ini menghasilkan lebih dari 35 juta ton emisi.
"Pemerintah Indonesia telah menetapkan target yang ambisius untuk penerapan kendaraan listrik," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dikutip dari laman Kementerian ESDM, Minggu (21/7).
Jelas, bukan pekerjaan yang gampang mewujudkan target tersebut. Apalagi, Dadan mengungkapkan, masih terdapat kesenjangan harga yang tinggi antara mobil listrik dan mobil konvensional alias berbahan bakar minyak.
Untuk menutup dasparitas harga tersebut, pemerintah pun memberikan insentif pajak untuk mobil listrik.
Baca Juga: Hari ke-2 GIIAS 2024, Hyundai Kona Electric Raih 500 SPK
Salah satunya, diskon pajak pertambahan nilai (PPN) atas pembelian mobil listrik. Masyarakat yang membeli mobil listrik, hanya perlu membayar 1% dari tarif PPN normal 11%. Dengan begitu, harga mobil listrik bisa lebih murah.
Hasilnya, belakangan, peminat mobil listrik semakin banyak. Lihat saja, penjualan wholesales alias pabrik ke dealer mobil setrum sepanjang enam bulan pertama tahun ini mencapai 11.940 unit, menurut data Gaikindo.
Angka tersebut melonjak 104,13% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Tapi, angka tersebut masih sangat kecil dibanding penjualan mobil secara nasional. Selama Januari hingga Juni 2024, penjualan mobil secara wholesales mencapai 408.012 unit.
Artinya, pangsa mobil listrik hanya 2,92% dari total penjualan mobil nasional.
Menurut Yannes Martinus, Pengamat Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), ini tak lepas dari kemampuan daya beli masyarakat. Kebanyakan masyarakat Indonesia ada di segmen menengah.
"Hanya mampu membeli mobil di harga Rp 100 juta sampai Rp 300 juta saja," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (19/7).
Baca Juga: Bersaing di Pasar Mobil Listrik Indonesia, BYD Mengaku Percaya Diri
Padahal, harga mobil listrik setelah mendapat diskon PPN, paling murah di atas Rp 200 juta. Itu pun bukan jenis yang banyak masyarakat Indonesia gunakan, yakni multipurpose vehincel (MPV) atawa mobil keluarga dengan kapasitas tujuh penumpang.
Itu sebabnya, merek mobil listrik asal China mendominasi, lantaran harganya yang terbilang terjangkau. "Pembeli terbesar mobil listrik saat ini dari kelompok milenial," ujar Yannes.
Ya, produsen mobil listrik China saat ini mendominasi penjualan mobil listrik di Indonesia. Hingga Juni lalu, mengacu data Gaikindo, Wuling BinguoEV menjadi yang paling laris, terjual sebanyak 3.615 unit. Selanjutnya, ada Chery Omoda E5 dengan penjualan 2.642 unit.
Sedangkan Hyundai Ioniq 5 asal Korea Selatan yang sempat menjadi raja mobil listrik di Indonesia turun ke urutan keenam dengan penjualan 685 unit.
Selain harga, Yannes menyebutkan, masyarakat masih enggan membeli mobil listrik lantaran infrastruktur pendukung, terutama stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang belum banyak tersedia.
Saat ini, SPKLU milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mobil listrik baru 1.582 unit yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tapi, “Kami buka kolaborasi untuk mempercepat pengadaan SPKLU,” kata Gregorius Adi Trianto, Executive Vice President Komunikasi Korporat & TJSL PLN.
Memang, dia menyebutkan, SPKLU dan mobil listrik mirip telur dan ayam, mana yang lebih dulu.
Baca Juga: Deretan Mobil Listrik Harga Rp 300-an Juta Di GIIAS 2024 Selain BYD M6 & Dolphin
Yang jelas, “Kami mengambil inisiatif untuk membangun SPKLU, karena kami berkomitmen mengurangi emisi dari sektor transportasi yang menjadi salah satu penyumbang emisi terbesar,” sebutnya kepada Kontan.co.id, Jumat (19/7).
Kementerian ESDM, Dadan menegaskan, terus mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung sehingga terbetuk ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Sementara produsen terus membanjiri pasar mobil di Indonesia dengan model-model baru. GIIAS 2024 yang berlangsung mulai pekan ini menjadi etalase untuk menampilkan, bukan cuma model baru, tapi juga merek anyar mobil listrik.
Peminat mobil listrik yang semakin banyak membuat perusahaan pembiayaan atau multifinance masuk ke pembiayaan mobil listrik.
"Pasarnya potensial," ujar Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno kepada Kontan.co.id, Jumat (19/7).
Hanya, hingga saat ini, dari total penjualan mobil listrik, baru 20% yang pembeliannya secara kredit melalui multifinance. Sisanya membeli secara tunai.
Tapi, Yannes menambahkan, pemerintah harus terus mendorong adopsi mobil listrik yang mesti mereka lakukan secara komprehensif dan terintegrasi, dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Contoh, pemberian insentif lain seperti subsidi harga serta pengurangan pajak penghasilan (PPh) bagi pembeli dan perusahaan yang berinvestasi di industri kendaraan listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News