kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alumni Trisakti luncurkan Crisis Center Radikalisme dan Intoleransi


Kamis, 28 November 2019 / 10:27 WIB
Alumni Trisakti luncurkan Crisis Center Radikalisme dan Intoleransi
ILUSTRASI. Alumni Trisaksi launching TUJF Crisis Centre Radikalisme & Intoleransi, Rabu (27/11)


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

Mengutip data Pusat Pengkajian Islam dan Moderasi Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tahun 2018 ditemukan permasalahan pada dosen. Diketahui ada 28,10% dosen yang tidak setuju mengajarkan intoleransi. Pada guru diketahui 46,10% setuju dengan radikaslisme. Adapun pada mahasiswa bervariasi bahkan hingga 35% bersikap eksternal dan intoleran.

Baca Juga: Tito Karnavian: Terorisme di Indonesia sulit diatasi jika konflik Timteng masih ada

Pada kesempatan yang sama, pembicara lain Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamli menyampaikan dalam menangkal intoleransi dan radikalisme, peran organisasi keagamaan sangat penting terutama di Indonesia terdapat dua organisasi Islam besar, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Ia menyampaikan dalam pendorong utama kelompok-kelompok intoleran dan radikal dalam menyebarkan paham mereka ialah agama. Hal itu terlihat dari hasil riset Indonesian Institute for Society Empowerment (INSEP) pada 2012 menunjukkan ideologi agama (45,5%) menjadi motif aksi teror yang dilakukan.

Baca Juga: Kementerian Kominfo menerima 77 aduan radikalisme ASN

Selain motif agama, ada pula motif solidaritas komunal (20%) dan mob mentality (12,7%). Untuk menangkalnya, menurut Hamli, yakni dengan menguatkan narasi kebangsaan, moderasi beragama, sosial politik, pengentasan kemiskinan dan bijak dalam bermedia sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×