CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Aksi BI membeli SBSN primer untuk menjaga inflasi


Kamis, 23 April 2020 / 09:30 WIB
Aksi BI membeli SBSN primer untuk menjaga inflasi


Reporter: Bidara Pink | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah kembali melelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara. Dalam lelang kali ini, Bank indonesia (BI) mulai ikut membeli langsung di pasar primer sebanyak Rp 1,7 triliun dari total penerbitan Rp 9,98 triliun.

"Sebagai non competitive bidder, kami sudah menyerap Rp 1,7 triliun dari total penerbitan Rp 9,98 triliun," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (22/4).

Baca Juga: BI bisa beli surat utang pemerintah hingga 25% pada pekan ini

Sebagai tempat terakhir atau the lender of last resort, bank sentral memang tidak terlalu banyak menyerap obligasi negara tersebut. Berdasarkan aturan yang ditetapkan, yakni Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Noor 38/PMK/02/2020  BI hanya boleh menyerap SBSN maksimal 30% dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 25%. 

Baca Juga: Outlook utang Indonesia turun, BI diharapkan masuk pasar primer lelang SBSN

Meski jumlah pembelian sudah ditentukan, BI optimistis upaya tersebut bisa membuat pengendalian inflasi lebih terukur. Apalagi pemerintah dalam melakukan lelang tersebut sudah mengoptimalkan sumber-sumber yang ada seperti di program ADB, Bank Dunia, penerbitan global bond untuk pembiayaan fiskal. 

"Pokoknya pembiayaan fiskal mekanismenya bisa dipenuhi dengan pasar. Baru, kalau pasar kurang BI sebagai the last resort dan itupun jumlahnya ada batasan tertentu agar sejalan dengan kaidah dampaknya terhadap inflasi yang terukur," tambah Perry.

Eric Sugandi, ekonom senior Institut Kajian Universitas Kebangsaan menilai aksi yang dilakukan BI tersebut diharapkan bisa membuat daya beli di masyarakat ada efeknya.

Tapi persoalannya ditengah wabah korona saat ini, lonjakannya tidak sedahsyat saat kondisi normal. Dalam arti kata kalaupun terjadi inflasi tidaklah sebesar kondisi normal. "Dalam situasi seperti ini rumah tangga akan cenderung mengurangi belanja dan berjaga-jaga dengan memegang dana tunai," katanya.

Kalaupun hasil dari BI ditempatkan ke perbankan juga akan sulit tersalurkan ke pihak ketiga. Karena permintaan kredit dan bisnis tengah loyo saat ini. 

Seperti yang diketahui, pemerintah telah menarik utang lewat lelang Sukuk Negara. Sukuk yang dilelang terdiri dari 6 seri surat utang, yaitu SPNS08102020, SPNS08012021, PBS002, PBS026, PBS004 dan PBS005. Target yang ditetapkan sebesar Rp 7 triliun dan maksimal Rp 14 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×