Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah turut memberi tekanan ke kurs rupiah. Khususnya tekanan imported inflation atau inflasi yang berasal dari kenaikan harga barang impor.
Seperti diketahui, imported inflation terjadi ketika harga barang dan jasa dalam negeri meningkat akibat naiknya harga barang impor, yang bisa disebabkan oleh depresiasi mata uang lokal.
“Depresiasi rupiah diperkirakan akan berkontribusi terhadap imported inflation. Selain itu, inflasi sisi penawaran saat ini telah melampaui inflasi sisi permintaan, menandakan adanya risiko rambatan kenaikan harga ke berbagai barang dan jasa lainnya,” ujar Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, kepada Kontan, Jumat (2/5).
Baca Juga: BPS Catat Inflasi April 2025 Sebesar 1,17% Secara Bulanan
Meski begitu, Josua memperkirakan inflasi pada akhir tahun 2025 akan meningkat menjadi sekitar 2,33%, naik dari inflasi pada akhir 2024 sebesar 1,57%. Kendati mengalami kenaikan, proyeksi ini masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia, yakni 1,5% hingga 3,5%.
Di sisi lain, Kepala Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Research, Fithra Faisal Hastiadi, menilai tekanan inflasi tahun ini masih akan moderat, meski menunjukkan sedikit peningkatan.
“Bank sentral kemungkinan besar akan mempertahankan kebijakan moneternya yang berhati-hati, dengan fokus pada stabilitas nilai tukar dan pengendalian ekspektasi inflasi,” ujar Fithra.
Ia juga menambahkan bahwa ketidakpastian geopolitik dan perdagangan global yang masih berlangsung dapat menjadi faktor risiko tambahan. Hal ini, menurutnya, perlu menjadi perhatian dalam pengambilan kebijakan ke depan guna menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
Selanjutnya: Promo Minyak Goreng Weekend 3 Mei 2025, Tropical Harga Lebih Murah Berakhi Besok
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Konsumsi Chia Seed Untuk Kesehatan Tubuh, Minimalisir Penyakit Kronis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News