kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.891.000   25.000   1,34%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Ada Kekhawatiran Industri Otomotif Lesu, Pemerintah Akan Harmonisasi Mix Energy


Jumat, 16 Mei 2025 / 13:46 WIB
Ada Kekhawatiran Industri Otomotif Lesu, Pemerintah Akan Harmonisasi Mix Energy
ILUSTRASI. Pemerintah akan fokus mengembangkan baterai listrik untuk kendaraan tanpa meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah akan fokus mengembangkan baterai listrik untuk kendaraan tanpa meninggalkan kendaraan berbahan bakar fosil. Hal ini untuk menjaga industri otomotif tetap berkembang di Tanah Air.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pemerintah akan tetap mengembangkan harmonisasi mix energy untuk kendaraan baik itu berbasis baterai listrik dan juga konvensional namun dengan pengembangan yang ramah lingkungan.

Hal ini dilakukan karena belajar dari industri otomotif di Thailand yang ambruk, imbas beberapa pabrikan Jepang, salah satunya Suzuki dan Honda yang menutup pabriknya di negara tersebut. Penyebabnya karena penjualan mobil secara global tengah melambat.

“Kalau industri, kita belajar dari industri otomotif di Thailand. Itu dengan bergesernya dari industri combustion engine ke industri elektrik terjadi disrupsi. Jadi ada dua pabrik di sana tutup dari Jepang, sehingga kita tidak boleh ketinggalan untuk mengharmonisasi energy mix untuk otomotif,” tutur Airlangga kepada awak media, Jumat (16/5).

Baca Juga: Airlangga Hartarto: Industri Halal Indonesia Masih Kalah dengan Malaysia

Airlangga menyebut, Indonesia merupakan salah satu penghasil biofuel terbesar di dunia, di antaranya seperti biodiesel dan bioetanol sebagai campuran untuk bahan bakar mobil yang lebih ramah lingkungan.

Untuk kendaraan berbasis listrik atau electric vehicle (EV), Indonesia juga merupakan penghasil nikel dan kobalt terbesar di dunia. Komponen tersebut merupakan salah satu bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik.

“Tambahan lain dari kerjasama dengan Australia juga di Morowali juga ada ekosistem daripada battery cell EV ekosistem yang berbasis litium. Jadi Indonesia adalah salah satu produsen yang cukup lengkap di hulu daripada battery cell,” tandasnya.

Dengan pengembangan industri otomotif tersebut, Airlangga berharap investor akan tetap bertahan bahkan berdatangan ke Indonesia, lantaran Indonesia sudah siap dengan ekosistemnya.

Sebelumnya, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Bob Azam mengungkapkan kekhawatirannya akan industri otomotif yang lesu di Tanah Air. Menurutnya, kondisi tersebut bisa berimbas pada kaburnya investor otomotif dari Indonesia.

Berdasarkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil wholesales pada April 2025 hanya mencapai 70.895 unit atau anjlok 27,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan penjualan retail juga turun 25,5% pada April 2025 dari 76.582 unit pada Maret 2025 menjadi 57.031 unit saja pada April 2025.

Melihat kondisi tersebut, Ia berharap pemerintah memberikan insentif PPnBM tidak hanya untuk kendaraan listrik saja, namun juga konvensional seperti era pandemi Covid-19.

Saat pandemi berlangsung, pemerintah memberikan diskon pajak PPnBM DTP 100% untuk kendaraan bermotor, kemudian diturunkan menjadi 50%. Bob menyebut, saat ini setidaknya pemerintah bisa kembali memberikan diskon PPnBM bagi kendaraan konvensional sebesar 50%.

Baca Juga: 4 Bulan Berjalan, Penyaluran B40 Tembus 4,3 Juta Kiloliter

“Otomotif itu padat karya, karena banyak yang bekerja di situ, suppliernya banyak. Industri pembiayaan bisa berkembang, asuransi dan lain sebagainya juga berkembang,” jelasnya.

Bob menambahkan, setidaknya apabila pemerintah memberikan insentif tersebut, masyarakat kelas atas menjadi tertarik untuk berbelanja di kedua sektor tersebut dan tidak menahan belanjanya.

Selanjutnya: Kementerian ESDM Targetkan Mandatori Bioetanol 5% Berlaku Mulai Tahun 2026

Menarik Dibaca: WRI: Emisi Fosil Pangkas Durasi Jam Kerja hingga 20%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×