Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Tim Gabungan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Kementerian Perhubungan sejak hari Senin (6/2/2012) mengetes secara acak sebanyak 94 kru pesawat, mulai dari pilot, kopilot, hingga pramugari, untuk mencegah penggunaan narkotika di kalangan awak pesawat. Dengan demikian, diharapkan keselamatan penerbangan di Indonesia dapat benar-benar terjamin.
”Tujuan paling utama adalah untuk mempertahankan tingkat kepercayaan penumpang terhadap keselamatan penerbangan di Indonesia,” kata Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Bambang Susantono saat dihubungi hari Selasa kemarin di Jakarta.
Pada dua hari terakhir, uji penggunaan narkotika secara acak baru dilakukan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten. Sejauh ini belum ada pilot yang tertangkap basah mengonsumsi narkotika. Akan tetapi, Wamenhub memastikan, uji acak terhadap awak pesawat terus ditingkatkan frekuensinya di sejumlah kota. ”Kami juga ingin memastikan penerbangan di kota-kota kecil dan di Indonesia bagian timur terjamin keselamatannya. Maka, tes ini tidak saja ditujukan kepada awak pesawat komersial yang kini menerbangi kota-kota besar, tetapi sampai kota kecil,” tutur Bambang.
Menurut Wamenhub, saat pemeriksaan dilakukan, semua maskapai menunjukkan sikap bekerja sama. ”Ini langkah yang baik demi kemajuan penerbangan di Indonesia,” ujar Bambang, yang baru meresmikan Kantor Kepentingan Indonesia di International Civil Aviation Organization di Montreal, Kanada.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan mengatakan, sebenarnya Badan Narkotika Nasional (BNN) sudah memegang data intelijen penggunaan narkotika di kalangan pilot dan awak pesawat. ”Jadi, kami mengingatkan, jangan lagi ada awak pesawat yang mengonsumsi,” ucapnya.
Bambang Ervan mengatakan, yang lebih diincar BNN terutama adalah awak pesawat yang terlibat jaringan narkotika. Bagian dari jaringan narkotika, kata Bambang Ervan, sebenarnya tidak saja menimpa pilot, tetapi juga kalangan profesi lain. ”Demi kepentingan yang lebih besar, yakni sehatnya penerbangan dalam negeri, kami menyarankan kepada maskapai yang mengetahui ada pilot terlibat narkotika supaya segera memberhentikannya saja,” ungkap Bambang Ervan. (Ryo/Kompas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News