CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

2023 Diramal Terjadi Resesi Ekonomi Global, Ini 3 Langkah untuk Menghadapinya


Selasa, 11 Oktober 2022 / 04:24 WIB
2023 Diramal Terjadi Resesi Ekonomi Global, Ini 3 Langkah untuk Menghadapinya
ILUSTRASI. Sejumlah lembaga dan pakar memproyeksi, perekonomian global akan masuk jurang resesi pada tahun depan.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian global terancam jatuh ke jurang resesi. Kondisi ini selaras dengan masih berlanjutnya inflasi yang memicu kenaikan suku bunga acuan bank sentral secara agresif. 

Sejumlah lembaga dan pakar memproyeksi, perekonomian global akan masuk jurang resesi pada tahun depan. Dampak dari kenaikan suku bunga yang signifikan dalam waktu singkat disertai lonjakan inflasi akan memukul berbagai sektor ekonomi. 

Dengan adanya resesi ekonomi yang salah satunya ditandai dengan terkontraksinya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), tentu ini berpotensi berdampak terhadap kondisi keuangan masyarakat khususnya pekerja. 

Efisiensi di lingkup perusahaan menjadi salah satu hal yang kerap terjadi dalam resesi. 

Oleh karenanya, pakar keuangan menyarankan kepada masyarakat untuk "mempertebal" kepemilikan uang tunai. Dengan demikian, masyarakat dapat meminimalisir imbas dari resesi ekonomi global. 

Baca Juga: Penurunan Keyakinan Konsumen Jadi Tanda Pelemahan Daya Beli

Berikut adalah langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam menghadapi resesi ekonomi 2023:

1. Jangan buru-buru jual aset 

Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi Mike Rini Sutikno mengatakan, resesi ekonomi bukan berarti masyarakat harus berhenti berinvestasi. Atau bahkan menjual seluruh kepemilikan aset investasinya. 

"Jangan buru-buru menjual aset investasi anda, karena takut hargannya turun, itu namanya bersikap panik," kata dia kepada Kompas.com, dikutip Jumat (7/10/2022). 

Mike menyadari, dalam kondisi perekonomian yang berada di dalam resesi, kinerja investasi cenderung menurun. Namun demikian, masyarakat disarankan untuk tidak serta merta menjual aset investasinya. Apalagi aset investasi yang dimiliki saat ini nilainya berada jauh di bawah harga beli. 

Alih-alih menambah kepemilikan uang tunai, hal itu justru membuat masyarakat merugi. 

"Jawabannya itu bukan menjual semua, lalu masukan ke tabungan, ke emas, itu panik. Jawabannya yang paling tepat adalah mengelola risiko investasinya, atau risk management," tuturnya. 

Baca Juga: IMF dan Bank Dunia Peringatkan Meningkatnya Risiko Resesi Global



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×