kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani: Utang RI masih kecil dan sehat


Senin, 20 Februari 2017 / 16:20 WIB
Sri Mulyani: Utang RI masih kecil dan sehat


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Pemerintah terus-menerus menambah utang sebagai konsekuensi untuk menambal defisit anggaran. Meski demikian, pemerintah melihat rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih berada pada posisi aman.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dengan perkiraan defisit anggaran tahun ini sebesar Rp 330 triliun atau 2,41% dari PDB dan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%, maka rasio utang Indonesia sebesar 28% dari PDB.

"Kalau dilihat size ekonomi yang terus maju, Indonesia yang paling bawah," kata Sri Mulyani dalam paparannya saat seminar di Gedung DPR, Senin (20/1).

Ia menyebut, rasio utang Indonesia tersebut masih jauh di bawah negara-negara emerging market lainnya. Misalnya, India yang pertumbuhan ekonominya dianggap paling tinggi yaitu sebesar 6,8%-7%. Namun, defisit anggaran India cukup lebar, yaitu 7,2% dari PDB. "Dalam tiga tahun utangnya (India) naik 25% atau setara total seluruh utang RI saat ini," tambah dia.

Ia juga menyebut Yunani yang rasio utangnya menekati 200% dari PDB dengan defisit anggaran melebihi 3% dari PDB, yaitu sebesar 4,2% dari PDB sehingga berisiko keluar dari Uni Eropa.

Demikian juga dengan Jepang yang rasio utang 245%-250% terhadap PDB, tetapi pertumbuhan ekonominya hanya 1%-2%. Sri Mulyani berpendapat, Jepang tak mungkin mengurangi utangnya yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonominya.

Begitu juga dengan negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jerman yang memiliki rasio utang yang relatif tinggi.

Sementara negara-negara yang rasio utangnya relatif sehat, yaitu Peru dan Kolombia dibandingkan Brazil dan Argentina.

Untuk menyeimbangkan rasio utang Indonesia saat ini lanjut Sri Mulyani, Indonesia harus bisa menunjukkan berjalannya investasi di dalam begeri, baik investasi ekonomi maupun sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan, kesehatanm, dan program pengentasan kemiskinan.

"Sehingga program itu diharapkan akan lebih besar dampaknya terhadap beban kewajiban dari sisi utang negara. Itu harus terus dijaga," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×