kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kwik Kian Gie: Biaya Produksi Premium Hanya Rp 630 per Liter


Kamis, 11 September 2008 / 21:53 WIB


Reporter: Dian Pitaloka | Editor: Test Test

JAKARTA. Panitia Khusus Angket Bahan Bakar Minyak (BBM) memanggil Kwik Kian Gie untuk menjelaskan masalah subsidi BBM. Kwik mengungkapkan, dengan hitungannya yang menggunakan prinsip cash basis, pemerintah sebenarnya tidak perlu memberi subsidi BBM. Sebaliknya, pemerintah mendapat surplus sehingga tidak membebani anggaran negara dengan subsidi BBM. "Hitungannya mudah, cash basis menganut uang tunai keluar dan uang tunai masuk," kata Kwik usai rapat tertutup dengan Pansus Angket BBM, kemarin (10/9).

Menurut data dan asumsi milik Kwik, biaya produksi satu liter BBM jenis premium hanya Rp 630 rupiah. Biaya ini sudah termasuk biaya produksi, pengolahan, dan pengangkutan (lifting, refining dan transporting). Bila sekarang harga jual tiap liter premium sebesar Rp 6.000, jadi pemerintah untung Rp 5.370 per liter. "Kenapa ngomong subsidi?," kata Kwik.

Sayang Kwik belum memerinci asal usul hitungannya hingga menemukan biaya produksi Rp 630 per liter. Kwik hanya menyatakan prinsip cash basis-nya dengan menghitung jumlah impor dan produksi minyak impor.

Meski begitu, Kwik menilai mekanisme subsidi pemerintah selama ini hanya bohong belaka. Mantan Menteri Koordinator Ekonomi (1999-2000) itu menilai hitungan pemerintah saat ini hanya menggunakan asumsi harga minyak internasional. Secara internasional, harga bensin premium mencapai Rp10.063 per liter. Pemerintah mengklaim memberi subsidi sebesar Rp 4.000 sehingga harganya menjadi Rp 6.000 per liter seperti sekarang.

Menanggapi hal itu, sumber KONTAN di Pertamina menyatakan perhitungan Kwik tidak sepenuhnya benar. "Ia hanya menggunakan prinsip akuntansi tapi tidak memperhitungkan sifat minyak yang sangat khusus," katanya. Sifat khusus harga minyak itu, adalah sangat tergantung pada supply dan demand, juga pengaruh geopolitik dan pertumbuhan ekonomi dunia. "Selain itu minyak juga punya sifat langka yang bisa hilang atau habis," kata si sumber.

Karena variabel itu, perhitungan harga jual minyak agak berbeda dengan komoditas lain yang tidak mengalami perubahan nilai. Selain itu untuk memproduki minyak atau gas, resikonya juga sangat besar. "Bagi sebagian perusahaan, harga jual harus menggunakan proses perhitungan investasi, ekspansi dan pemeliharaan yang cermat," katanya lagi. Ia menganggap Kwik terlalu menyederhanakan masalah. "Kalau hanya menghitung cash in and cash out maka kapan perusahaan minyak bisa membuat investasi baru untuk meningkatkan produksi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×