kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI akan ubah kebijakan moneter tahun depan


Kamis, 14 Desember 2017 / 19:26 WIB
BI akan ubah kebijakan moneter tahun depan


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia akan menghadapi sejumlah tantangan global di tahun depan. Mulai dari kecenderungan pengetatan kebijakan moneter negara maju, pengurangan neraca Bank Sentral Amerika Serikat (AS), kecederungan harga minyak yang naik, hingga kondisi geopolitik global

Meski demikian, Bank Indonesia (BI) akan melakukan penyesuaikan kebijakan moneternya di tahun depan. Hal itu dilakukan sepanjang tiga indikator yang dilihat BI akan mengalami tekanan.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, risiko-risiko global tersebut pasti akan berdampak ke ekonomi domestik. Menurutnya, jika risiko-risiko tersebut berdampak pada inflasi dan kurs rupiah serta ekspektasi inflasi dan ekspektasi kurs rupiah, pihaknya akan melakukan penyesuaian kebijakan moneternya.

"Kami tidak hanya melihat (kebijakan moenter) The Fed, bahkan kami melihat pergerakan minyak dunia, geopolitik, China. Itu semua nantinya kalau berpengaruh ke inflasi dan transaksi berjalan. Kalau kita melihat ke depan terganggu kami akan segera sesuaikan policy rate kita sebagai salah satu respon," kata Dody, Kamis (14/12).

Dody memperkirakan, inflasi di tahun depan akan berada di kisaran 3,5% plus minus 1% dan defisit transaksi berjalan akan ada di bawah 2% dari produk domestik bruto (PDB). Sementara rupiah, "Diperkirakan cukup strong stabil sesuai fundamentalnya," tambahnya.

Sementara itu, ditahannya suku bunga acuan BI bulan ini di level 4,25% lantaran ketidakpastian global yang ada tidak mempengaruhi ekspektasi inflasi dan transaksi berjalan. Hal itu menyebabkan kurs rupiah ke depan masih akan stabil.

Namun demikian, pihaknya tetap mewaspadai sejumlah risiko di tahun depan. "Kami ke depan tetap akan hati-hati karena dari sisi normalisasi moneter di negara maju tetap berlangsung. Sekarang bank sentral Cina naikan enam bit untuk suku bunga kebijakan. Artinya normalisasi moneter terus berlangsung di negara maju dan negara yang pasarnya tengah berkembang," kata dia.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman sebelumnya mengatakan, BI harus mewaspadai tren pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral di negara-negara maju di tahun depan. Tahun depan The Fed kembali akan menaikan suku bunganya dibarengi dengan pengurangan neraca The Fed.

Belum lagi, European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BoJ) yang akan menghentikan quatitative easing di awal tahun depan. Atas hal itu, ia memperkirakan kurs rupiah akan melemah ke level Rp 13.500-Rp 13.800 per dollar AS di kuartal pertama dan kedua tahun depan.

Oleh karena itu, "Kalau The Fed tahun depan hawkish, maka BI perlu menaikkan suku bunga acuannya lebih dari 25 basis points (bps) di tahun depan," kata Juniman kepada Kontan.co.id, Rabu (13/12). Jika kenaikan suku bunga The Fed di tahun depan sebanyak tiga kali seperti di tahun ini, pihaknya memperkirakan BI cukup menaikkan satu kali lagi sebesar 25 bps di kuartal kedua 2018.

Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi juga memperkirakan, BI akan mulai menaikkan suku bunga lagi di kuartal keempat 2018 kembali ke level 5% di pertengahan 2019. Hal itu diperlukan untuk mengantisipasi pergerakan dollar AS.

"Rupiah yang terlalu lemah cenderung menghambat pertumbuhan PDB. Maka kami berharap BI bisa menekan pelemahan rupiah yang cukup besar," kata Gundy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×