Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini pada Kamis (14/12) hari ini. Ekonom memperkirakan, BI akan menahan suku bunga acuannya di level 4,25% hingga akhir 2017. Tapi, BI perlu menyiapkan langkah mengantisipasi risiko global pada 2018.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, BI harus mewaspadai tren pengetatan kebijakan moneter bank sentral di negara-negara maju di tahun depan. Khususnya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Menurut Juniman, pada 2018 The Fed akan kembali menaikan suku bunganya dibarengi dengan pengurangan neraca The Fed. Belum lagi, European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BoJ) yang akan menghentikan quatitative easing-nya di awal 2018. Di dalam negeri, akan ada risiko peningkatan tensi politik karena masuk tahun Pilkada dan menjelang Pilpres 2019.
Perkiraan Juniman, rupiah di akhir 2017 akan ada di kisaran Rp 13.500–Rp 13.600 per dollar AS. Dan melemah ke level Rp 13.500–Rp 13.800 per dollar AS di kuartal I dan kuartal II-2018. "Kalau The Fed tahun depan hawkish, BI perlu menaikkan suku bunga acuannya lebih dari 25 basis points (bps) di 2018," katanya, Rabu (13/12). Jika kenaikan suku bunga The Fed di 2018 tiga kali seperti 2017, Juniman memperkirakan BI cukup menaikkan satu kali lagi sebesar 25 bps di kuartal II-2018.
Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi menebak, BI akan mengerek suku bunga lagi di kuartal IV-2018 untuk ke level 5% di pertengahan 2019 guna mengantisipasi pergerakan dollar AS. "Rupiah yang terlalu lemah cenderung menghambat pertumbuhan PDB. Harapannya BI bisa menekan pelemahan rupiah," katanya.
Ekonom Standard Chartered Aldian Taloputra memperkirakan BI akan tetap menahan tingkat bunga acuannya hingga akhir 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News