Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah baru saja menerbitkan surat utang negara (SUN) valas atau global bond berdenominasi dolar AS dan euro sebagai bagian dari pembiayaan APBN 2020.
Selain itu, penerbitan global bond sebesar masing-masing US$ 1,2 miliar dan 1 miliar euro tersebut juga sebagai bagian dari kebijakan frontloading pembiayaan oleh pemerintah.
Ekonom BCA David Sumual menilai, langkah pemerintah melakukan frontloading untuk pembiayaan anggaran tahun ini sudah tepat.
Baca Juga: Global bond perdana di 2020 terbit, simak profil imbal hasilnya
Hal tersebut untuk mengantisipasi ketidakpastian global yang masih tinggi sehingga berpotensi meningkatkan yield obligasi yang membuat biaya (cost of fund) lebih tinggi lagi.
“Kondisi saat ini sulit mengestimasi prospek yield di 2020 karena kita tidak tahu eskalasi di Timur Tengah dan pengaruhnya ke harga minyak akan sejauh apa. Jadi lebih cepat pembiayaan diamankan, akan lebih baik,” tutur David saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/1).
David mengatakan, peningkatan harga minyak global nantinya berpotensi mempengaruhi inflasi di dalam negeri. Jika inflasi naik, maka potensi kenaikan yield obligasi pun semakin tinggi.
Tambah lagi, ketidakpastian terkait perang dagang antara AS-China serta perlambatan ekonomi masih menyelimuti global.
Baca Juga: Pemerintah terbitkan global bond perdana di 2020 dalam dolar AS dan euro
Di sisi lain, David mengatakan kondisi likuiditas domestik pada paruh pertama tahun ini masih relatif tinggi. Data-data perekonomian domestik yang positif juga turut memberikan sentimen positif bagi pasar obligasi Indonesia.
“Saat ini kondisi pasar masih cukup likuid, minat investor juga cukup baik karena data-data seperti inflasi yang rendah, cadangan devisa yang meningkat. Ini cukup menjadi booster bagi confidence investor untuk masuk ke pasar domestik,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News