CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Yield obligasi berpotensi naik, pemerintah harus amankan pembiayaan APBN lebih awal


Kamis, 09 Januari 2020 / 21:11 WIB
Yield obligasi berpotensi naik, pemerintah harus amankan pembiayaan APBN lebih awal
ILUSTRASI. Pialang memperhatikan pergerakan saham di kantor Danareksa Sekuritas, Jakarta Pusat, Jumat (9/3/2018). Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 9,69 poin atau 0,15 persen ke 6.433,32. Tribunnews/Jeprima


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah baru saja menerbitkan surat utang negara (SUN) valas atau global bond berdenominasi dolar AS dan euro sebagai bagian dari pembiayaan APBN 2020.

Selain itu, penerbitan global bond sebesar masing-masing US$ 1,2 miliar dan 1 miliar euro tersebut juga sebagai bagian dari kebijakan  frontloading  pembiayaan oleh pemerintah.

Ekonom BCA David Sumual menilai, langkah pemerintah melakukan frontloading untuk pembiayaan anggaran tahun ini sudah tepat.

Baca Juga: Global bond perdana di 2020 terbit, simak profil imbal hasilnya

Hal tersebut untuk mengantisipasi ketidakpastian global yang masih tinggi sehingga berpotensi meningkatkan yield obligasi yang membuat biaya (cost of fund) lebih tinggi lagi.

“Kondisi saat ini sulit mengestimasi prospek yield di 2020 karena kita tidak tahu eskalasi di Timur Tengah dan pengaruhnya ke harga minyak akan sejauh apa. Jadi lebih cepat pembiayaan diamankan, akan lebih baik,” tutur David saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/1).

David mengatakan, peningkatan harga minyak global nantinya berpotensi mempengaruhi inflasi di dalam negeri. Jika inflasi naik, maka potensi kenaikan yield obligasi pun semakin tinggi.

Tambah lagi, ketidakpastian terkait perang dagang antara AS-China serta perlambatan ekonomi masih menyelimuti global.

Baca Juga: Pemerintah terbitkan global bond perdana di 2020 dalam dolar AS dan euro

Di sisi lain, David mengatakan kondisi likuiditas domestik pada paruh pertama tahun ini masih relatif tinggi. Data-data perekonomian domestik yang positif juga turut memberikan sentimen positif bagi pasar obligasi Indonesia.

“Saat ini kondisi pasar masih cukup likuid, minat investor juga cukup baik karena data-data seperti inflasi yang rendah, cadangan devisa yang meningkat. Ini cukup menjadi booster bagi confidence investor untuk masuk ke pasar domestik,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×