kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Waspada Utang Korporasi Akibat Tren Suku Bunga Tinggi


Senin, 30 Oktober 2023 / 07:00 WIB
Waspada Utang Korporasi Akibat Tren Suku Bunga Tinggi
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, suku bunga kebijakan global masih akan berada dalam tren tinggi. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, suku bunga kebijakan global masih akan berada dalam tren tinggi dengan waktu yang lebih lama dari perkiraan (higher for longer). 

Dalam Buku Kajian Stabilitas Keuangan yang diluncurkan Oktober 2023, tren suku bunga tersebut diyakini memberi risiko terhadap utang luar negeri (ULN) korporasi. 

Hanya saja, BI menegaskan risiko ULN korporasi tersebut akan terbatas. Ini mengingat, jenis suku bunga mayoritas ULN masih didominasi oleh suku bunga tetap (fixed rate). 

Adapun bila menilik data BI dalam laporan tersebut, pada tahun 2023, nominal ULN dengan suku bunga floating sebesar US$ 6.600 miliar. Sedangkan sekitar US$ 8.000 miliar berada dalam suku bunga tetap. 

Baca Juga: Suku Bunga BI Naik, Transaksi PUAB Diramal Terus Meningkat

Kemudian pada tahun 2024, ULN dengan suku bunga floating sekitar US$ 3.710 miliar, dengan ULN berdasarkan jenis suku bunga tetap ada di kisaran US$ 6.000 miliar. 

Selain itu, risiko tetap terjaga juga sejalan dengan tren penurunan ULN korporasi per produk domestik bruto (PDB) pada semester I-2023, bila dibandingkan dengan 2022. 

ULN korporasi pada akhir semester I-2023 tercatat 23,39% PDB. Ini lebih rendah dari 24,05% pada tahun 2022 dan 27,92% PDB pada akhir 2021. 

ULN korporasi pada akhir paruh pertama tahun ini juga turun 5,13% YoY, bahkan lebih dalam dari penurunan pada akhir 2022 yang sebesar 1,57% YoY. 

Meski demikian, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mewanti-wanti risiko ULN korporasi tetap perlu diwaspadai. 

Baca Juga: Aset Safe Haven dan Minyak Masih Akan Jadi Andalan pada 2024

"Risikonya memang suku bunga lebih tinggi, akan memberi beban baru," terang David kepada Kontan.co.id, Minggu (29/10). 

Nah, untuk memitigasi risiko tersebut, David menyarankan korporasi melakukan lindung nilai (hedging). 

Mengingat, saat ini satu yang menjadi perhatian adalah ada korporasi yang memiliki pendapatan rupiah, tetapi mencatat utang dalam valuta asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×