kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tren Suku Bunga Tinggi, Hati-Hati Beban Bunga Utang Membengkak


Senin, 23 Oktober 2023 / 18:56 WIB
Tren Suku Bunga Tinggi, Hati-Hati Beban Bunga Utang Membengkak
ILUSTRASI. Mata uang Dolar Amerika dan Rupiah. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6% pada pekan lalu. 

Kenaikan suku bunga acuan tersebut, seiring dengan kenaikan suku bunga acuan negara-negara di dunia, termasuk bank sentral Amerika Serikat (AS), di tengah ketidakpastian global yang mengancam pasar keuangan. 

BI juga menyebut, tren suku bunga tinggi yang ada di dunia mungkin akan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya (higher for longer). 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengingatkan, tren suku bunga tinggi yang terjadi akan memberi dampak pada pembayaran bunga utang. 

"Memang utang luar negeri baru-baru ini turun baik pemerintah maupun swasta. Namun, pembayaran bunga utang akan naik," tegas David kepada Kontan.co.id, Senin (23/10). 

Baca Juga: BI: Kenaikan Suku Bunga Menjadi 6% Jadi Tambahan Amunisi Jaga Rupiah

David juga mewanti-wanti, membengkaknya beban bunga utang akan berdampak pada neraca transaksi berjalan. 

Pasalnya, "pembayaran bunga utang masuk ke dalam perhitungan neraca jasa, yang juga masuk ke perhitungan neraca transaksi berjalan," jelas David. 

Dari perhitungan David, neraca transaksi bejralan pada tahun ini akan mencetak defisit dilevel 0,2% produk domestik bruto (PDB). 

Namun, kata David, potensi bengkaknya bunga utang bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan defisit transaksi berjalan. 

Penyebab utama defisit transaksi berjalan justru alasan positif, yaitu roda ekonomi yang berputar akibat pemulihan ekonomi. 

Dengan potensi bunga utang yang membengkak akibat tren suku bunga tinggi, David menyarankan pemerintah perlu diversifikasi sumber pembiayaan dan mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×