kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wapres: Kurikulum 2013 jangan mati di tengah jalan


Selasa, 02 Juli 2013 / 17:05 WIB
Wapres: Kurikulum 2013 jangan mati di tengah jalan
ILUSTRASI. Pada tahun ini, kelas rawat inap standar (KRIS) bagi peserta JKN BPJS Kesehatan bakal diujicobakan. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Wakil Presiden Boediono menaruh perhatian serius terhadap penerapan kurikulum pendidikan yang mulai diterapkan pada tahun ajaran baru 2013/2014. Ia meminta agar tahap pertama penerapan kurikulum 2013 yang dimulai pada 15 Juli 2013 nanti harus sukses.

Jika penerapan kurikulum 2013 tidak berjalan semestinya, maka pasti kurikulum tersebut akan mati di tengah jalan. Harapan dan imbauan tersebut disampaikan Wapres saat memberikan pengarahan kepada Peserta Pelatihan Guru Kerja sama IHF dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Istana Wakil Presiden, Selasa (2/7).

Wapres bilang, pada tahun ini, skala penerapan kurikulum 2013 masih terbatas, tapi bisa dikendalikan dengan baik. "Kalau tahap pertama saja tidak sukses, maka nanti bisa mati di tengah jalan.

Sedangkan program ini adalah program bagus, program mulia, isinya sudah makin baik," ujar Boediono di hadapan guru-guru dari 30 sekolah di DKI yang mengikuti pelatihan penerapan kurikulum 2013.

Wapres bilang, karena skala penerapan kurikulum 2013 ini masih terbatas, yakni hanya di 265 kabupaten, maka tidak ada alasan untuk tidak berhasil. Pasalnya, skala tersebut masih bisa dikontrol dengan baik oleh pemerintah.

Sementara, pada tahun-tahun yang akan datang, penerapan kurikulum 2013 akan diperluas penerapannya di seluruh Indonesia.

Dari hitungan Boediono, terdapat 148.000 Sekolah Dasar yang akan menerapkan kurikulum baru tersebut. Itu artinya. jumlah guru dan siswa yang harus menerapkan kurikulum baru ini sudah sangat banyak. Belum lagi di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Lembaga sekolah di seluruh Indonesia, lanjut Wapres, sangat bervariasi dari segi kualitasnya. Ada sekolah yang kualitasnya mendekati standar internasional, tapi di sisi lain ada juga yang berstandar sekolah seperti di Afrika.

Masih terdapat sekolah dengan kualitas rendah itu, disebabkan karena lembaga sekolah tersebut berada di daerah terpencil, sehingga aksesnya terhadap pelayanan pendidikan sangat kurang. 

Karena itu, Boediono berharap, dengan mulai diterapkannya kurikulum 2013 ini, pemerintah daerah juga bisa membuka akses seluas-luasnya di daerah masing-masing untuk bisa meningkatkan fasilitas dan kualitas pendidikan bagi peserta didik, yang nantinya menjadi generasi penerus bangsa Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×