kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Wanita Inggris ungkap kekejaman penjara Bali


Senin, 29 Juli 2013 / 11:58 WIB
ILUSTRASI. Proses produksi tekstil di pabrik PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL).


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BALI. Pernyataan mengejutkan datang dari Rachel Dougall (40), terpidana kasus penyelundupan kokain senilai 1,6 juta poundsterling atau sekitar Rp 25 miliar. Warga negara Inggris ini ditahan di Lapas Kerobokan, Bali. Seusai bebas pada 27 Juli 2013 kemarin, Rachel pun bercerita mengenai kehidupannya selama di Lapas yang disebutnya sebagai hotel 'K' tersebut.

Meringkuk di lantai dengan alas tikar tipis di penjara Bali, Rachel juga bercerita tidak bisa berbuat banyak, kecuali menutupi wajahnya saat seorang wanita teman satu sel kerap menyiksanya dengan tendangan dan pukulan. Pengakuan Rachel ini diceritakannya lewat Daily Mail.

Penyiksaan itu, kata Rachel, adalah yang pertama dari beberapa pemukulan biadab yang dialaminya di dalam Lapas yang menurutnya terkenal kotor.

Selama di dalam hotel prodeo, Rachel juga mengalami gangguan mental setelah dikurung dengan pecandu narkoba, tahanan HIV-positif, dan lesbian agresif secara seksual. Dia menderita kudis dan mengatakan hampir meninggal karena pneumonia, menghabiskan satu minggu di rumah sakit.

Bagi Rachel, mungkin sulit untuk bersimpati dengan seorang wanita yang dituduh mencoba menyelundupkan 4,7 kilogram kokain dari Bangkok ke Bali, meskipun hukumannya karena tuduhan kecil atas kegagalannya melaporkan kejahatan.

Selain membongkar praktik kekerasan di dalam Lapas, Rachel juga mengkritik pemerintahan Indonesia yang dinilainya sangat munafik. Hal itu dikatakan Rachel saat melihat sekelompok regu tembak yang menembak mati terpidana kasus narkoba, sementara zat seperti sabu dan kokain dapat digunakan bebas dalam sistem penjara.

“Sebagian besar perempuan di sana memakai obat-obatan hampir setiap hari. Jika Anda punya uang, penjaga akan memberikan apa pun yang Anda inginkan. Narapidana di penjara pria bahkan dapat membayar pelacur untuk kunjungan semalam ke selnya,” ujar Rachel.

Pengalaman pahit lainnya yang pernah dialami Rachel di dalam Lapas Kerobokan adalah saat dirinya dikejar-kejar oleh seorang lesbian agresif. Diminta berdandan kemudian menari telanjang.

"Sementara wanita lain tertawa dan mendorong-dorong tubuhku. Aku merasa terhina," kata Rachel.

Kehidupan yang buruk dan tidak pernah diharapkan sebelumnya di dalam Lapas Kerobokan, membuat warga negara Inggris ini enggan kembali lagi ke Bali.

Pada awalnya, Rachel sangat mencintai Bali, tetapi setelah kehidupan di dalam selnya usai, rasa rindu untuk kembali ke Pulau Dewata menjadi hilang. (Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×