kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Wah, valuasi unicorns global sudah setara PDB Indonesia


Kamis, 15 Agustus 2019 / 14:29 WIB
Wah, valuasi unicorns global sudah setara PDB Indonesia
ILUSTRASI. Ilustrasi belanja online


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan ekonomi digital semakin besar dan pesat, baik secara global maupun di dalam negeri. Bukan hanya jumlah perusahaan digital yang makin banyak, nilai pasar atau valuasi perusahaan-perusahaan tersebut juga makin jumbo.

Secara global,  Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat, valuasi kumulatif seluruh unicorns mencapai sekitar US$ 1,038 miliar.

Baca Juga: Yuk, intip siapa-siapa saja pemegang saham dari Gojek

“Nilai ini kira-kira hampir setara dengan keseluruhan perekonomian Indonesia,” ujar Direktur Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Bappenas Leonardo Teguh Sambodo, Kamis (15/8).

Laju pertumbuhan perusahaan rintisan (start-up) bervaluasi di atas US$ 1 miliar tersebut juga tidak menunjukkan tanda-tanda menurun. Sedikitnya 50 start-up diproyeksikan akan mencapai status unicorn dalam lima tahun ke depan secara global.

Seperti diketahui, Asia Tenggara merupakan wilayah dengan unicorn terbanyak di kawasan Asia, setelah China dan India. Indonesia menyumbang empat unicorn, yaitu Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.

Teguh menyatakan jumlah usaha di Indonesia yang bergerak dalam sektor ekonomi digital terus bertumbuh. Berdasarkan data Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang dikutip Bappenas, setidaknya ada 992 start-up yang berkembang di Indonesia. 

Baca Juga: BKPM mencatat investasi di sektor pertambangan terus merosot

“Terutama perusahaan e-commerce dan jasa on-demand, juga fintech (teknologi finansial),” ujarnya. 

Sebanyak 352 start-up atau 35,48% merupakan perusahaan e-commerce. Sementara ada 532 start-up atau 53,63% berada dalam bidang lainnya termasuk jasa on-demand di berbagai bidang. 

Baca Juga: Laporan menyebut AS dan China rumah terbesar bagi unicorn dunia

Ada 53 start-up atau 5,34% di bidang fintech, sedangkan 55 start-up atau 5,54% lainnya berada di bidang games. 

Perkembangan bisnis ekonomi digital di Indonesia, lanjut Teguh, turut memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor Teknologi, informasi, dan Komunikasi (TIK) misalnya, tumbuh dengan laju konsisten di atas 7%, jauh di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5%. 

“Pertumbuhan tenaga kerja di sektor TIK juga masih tinggi, yaitu mencapai 9,21% pada tahun 2018,” ungkap Teguh. 

Begitu juga dengan sumbangsih sektor transportasi dan pergudangan yang juga mengalami pertumbuhan di atas 7%. Pertumbuhan ini salah satunya dipengaruhi oleh bisnis e-commerce dan transportasi on-demand seperti Gojek dan Grab. 

“Hal ini menjadi indikasi peningkatan peran ekonomi digital di Indonesia,” kata Teguh.

Baca Juga: NextICorn undang start up dan modal ventura hadiri pertemuan di Bali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×