Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
Secara khusus, wilayah yang dimaksud oleh Shinta adalah AS dan juga Eropa. Pasalnya rantai pasokan kedua negara tersebut yang berasal dari China menjadi terganggu, sehingga secara tidak langsung juga mengganggu pemulihan permintaan global terhadap produk-produk asal Indonesia.
Shinta menyatakan, secara pasti wabah ini akan menekan perekonomian global. Apalagi, saat ini secara bertahap kinerja pasar saham dari beberapa negara sudah menunjukkan reaksi negatif terhadap meluasnya wabah ini.
Baca Juga: Melihat sentimen-sentimen yang menekan IHSG hingga anjlok 4,87% dalam sepekan
Artinya, pelaku pasar global sudah mulai melihat bahwa wabah ini turut menekan pertumbuhan kegiatan ekonomi dan memperlambat proses pemulihan ekonomi global. Khususnya karena adanya gangguan atau batasan terhadap sektor ekonomi China yang bersifat vital seperti logistik, serta adanya gangguan terhadap kegiatan konsumsi China secara keseluruhan.
Selain itu, Shinta menyatakan pihaknya juga mengantisipasi apabila Prompt Manufacturing Index (PMI) China melambat, atau setidaknya stagnan di Q1.
"Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi global juga akan tetap berjalan lamban dan cenderung semakin tertekan karenanya, padahal seharusnya sudah bisa meningkat," timpalnya.
Baca Juga: Waspadai penyebaran virus corona, WNI yang dipulangkan dari Wuhan akan dikarantina
Kemudian, menurut Shinta sektor usaha yang paling terdampak karena adanya wabah ini adalah sektor logistik, transportasi, pariwisata, retail dan sebagainya. Jika di sektor barang, usaha yang paling terdampak adalah produk manufaktur consumer goods, khususnya food and beverage, dan kategori produk luxury goods.