Reporter: Grace Olivia, Yusuf Imam Santoso | Editor: Adinda Ade Mustami
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 semakin tertekan. Penyebabnya wabah virus korona Covid-19 makin meluas, membuat semua asumsi makro meleset.
Pertama, asumsi pertumbuhan ekonomi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 hanya di kisaran 4,5%-4,9%.
Proyeksi yang sudah di bawah asumsi APBN yakni sebesar 5,3% tahun ini di prediksi bakal lebih rendah lagi. Sebab, merebaknya virus korona di dalam negeri dan adanya pembatasan kegiatan masyarakat menyebabkan aktivitas perekonomian berkurang. "Mungkin kuartal dua tekanan akan cukup signifikan," tandas Sri Mulyani, Rabu (18/3).
Baca Juga: Sri Mulyani: Asumsi makroekonomi APBN 2020 akan alami perubahan signifikan
Kedua, realisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terus merosot. Secara year to date (ytd) masih di level Rp 13.910 per dollar Amerika Serikat (AS). Namun posisi nilai tukar rupiah kemarin hampir menyentuh Rp 15.100 per dollar AS, jauh dari asumsi di APBN 2020 yakni Rp 14.400 per dollar AS.
Ketiga, realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 60,99 per barel secara ytd dan perkembangan terakhir sudah US$ 56,61 per barel. Adapun asumsi APBN sebesar US$ 63 per barel.
Belum lagi, kondisi penerimaan negara, khususnya penerimaan pajak yang juga tertekan akibat wabah Covid-19. Di sisi lain, pemerintah harus mengeluarkan dana untuk stimulus perekonomian baik untuk tanggap darurat menghadapi korona maupun insentif pajak bagi sebagian pelaku usaha meskipun saat ini semua perusahaan kesulitan.
Makanya, Menkeu memperkirakan, defisit anggaran tahun ini akan melebar ke level 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB), dari target 1,76% terhadap PDB.