Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah diingatkan untuk berhati-hati dalam menerbitkan surat utang negara (SUN), mengingat kondisi pasar global yang masih penuh ketidakpastian dan volatilitas.
Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets, Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menyampaikan bahwa saat akan menerbitkan SUN, pemerintah harus terus memantau kondisi pasar.
“Harus dipantau karena jangan sampai menerbitkan utang saat suku bunga global naik atau biayanya mahal,” ujar Myrdal kepada Kontan, Selasa (28/9).
Baca Juga: Gula-Gula Bagi Eksportir Sumber Daya Alam, Pemerintah Beri Insentif Pajak Hingga 0%
Selain itu, optimalisasi kondisi fiskal terkait dengan pendapatan negara juga harus dilakukan agar tidak mengandalkan pembiayaan anggaran melalui penerbitan utang.
Caranya adalah dengan menjaga stabilitas makro ekonomi domestik dan sosial politik, sehingga aktivitas masyarakat produktif dan bisa meningkat.
“Ini bisa jadi bekal agar pendapatan pajak kita meningkat dan akhirnya bisa mengakomodir kebutuhan belanja negara,” ungkapnya.
Selanjutnya, pemerintah juga bisa memprioritaskan penerbitan utang yang didenominasi dalam mata uang rupiah, serta cepat mengambil momentum untuk menerbitkan SUN saat kondisi suku bunga global sedang melandai.
“Hal ini dilakukan dengan harapan biaya utang lebih murah dan pemerintah bisa mengoptimalkan kondisi tersebut,” kata Myrdal.
Baca Juga: Asing Lepas SBN, Utang Luar Negeri Pemerintah Turun Jadi US$ 192,2 Miliar
Sebaliknya, Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menyarankan agar pemerintah mengurangi penerbitan SUN yang didenominasi dalam mata uang rupiah.
“Saya rasa dengan yield yang tinggi sekarang, masuk akal untuk memastikan tidak membebani anggaran ke depan. Sampai akhir tahun mungkin harus ada pengurangan penerbitan untuk dalam negeri,” kata Banjaran.