kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Virus corona diprediksi akan memukul ekspor dan impor Indonesia ke China


Senin, 27 Januari 2020 / 20:08 WIB
Virus corona diprediksi akan memukul ekspor dan impor Indonesia ke China
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (3/1).Virus corona diprediksi akan memukul ekspor dan impor Indonesia ke China.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran wabah virus corona di China dan sejumlah  negara berpotensi menekan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada awal tahun 2020 ini. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia banyak mengimpor produk non migas dari China. Impor produk ini dinliai akan terhambat akibat virus corona ini.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, saat ini impor dari China mencapai 29,95% dari total pangsa impor non migas  Indonesia atau mencapai US$ 44,58 miliar di sepanjang tahun 2019.

Baca Juga: 100 hari Jokowi-Ma'ruf Amin dinilai minim gebrakan untuk pertumbuhan ekonomi

Dengan jumlah yang besar tersebut, Bhima meminta agar importir dan pemerintah berhati-hati atau melakukan inspeksi kesehatan yang lebih ketat. Karena virus corona ini juga berpotensi terbawa lewat produk yang diimpor.

"Apalagi biasanya Indonesia impor bahan konsumsi, yaitu makanan dan minuman, produk ternak, buah-buahan," terang Ekonom INDEF Bhima Yudhistira kepada Kontan.co.id, Senin (27/1).

Baca Juga: Rupiah diproyeksi kembali melemah pada perdagangan besok

Hanya saja, inspeksi kesehatan yang lebih ketat tersebut menyebabkan adanya potensi penurunan impor barang, khususnya konsumsi, dalam kisaran 5% - 10%. Ini pun akan berpengaruh terhadap total kinerja impor Indonesia.

Namun, Bhima melihat bahwa ini menjadi momentum yang pas untuk mengurangi ketergantungan dari China, khususnya barang konsumsi dan memanfaatkan barang domestik.

Sementara dari sisi ekspor, BPS mencatat China merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia. Bahkan, di sepanjang tahun 2019, Indonesia telah mengirim komoditas non migas ke China sebanyak 16,68% dari total ekspor atau senilai US$ 25,85 miliar.

Melihat hal tersebut, Bhima memperkirakan akan terjadi pengurangan ekspor dari Indonesia ke negara tirai bambu tersebut yang disebabkan oleh ada beberapa daerah di negara tersebut yang terisolasi, sehingga ini menimbulkan adanya kemungkinan penurunan konsumsi rumah tangga di China serta gangguan distribusi barang di China daratan.

Baca Juga: Virus corona kian menyebar, Arab Saudi monitor perkembangan pasar minyak global

Apalagi, banyak barang baku dan setengah jadi yang dikirim Indonesia ke China. Dengan adanya isolasi tersebut, ini juga akan mengakibatkan industri yang ada di China mengurangi kapasitas industri sehingga permintaan akan pasokan bahan baku dari Indonesia tentu bisa berkurang.

Selain itu, dengan adanya pembatasan terkait virus corona ini, menyebabkan adanya gangguan dalam pola distribusi. Hal ini juga mengingat China sebagai salah satu negara transit jalur perdagangan dunia.

Baca Juga: Virus corona bisa berdampak lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi China dari SARS

Untuk mengurangi dampaknya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan Indonesia. Salah satunya dengan mengalihkan produk ekspor ke negara lain, seperti Eropa Timur, Afrika Utara, hingga Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×