Reporter: Grace Olivia | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Agustus 2018, Utang Luar Negeri (ULN) swasta kembali mengalami kenaikan. Ditinjau berdasarkan tujuan penggunaan utang, ULN swasta masih didominasi untuk modal kerja dan investasi.
Menurut data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia yang dirilis Bank Indonesia, Senin (15/10), posisi ULN swasta untuk modal kerja naik 0,29% secara bulanan (mom) menjadi US$ 58,04 miliar. Sementara, ULN swasta untuk investasi naik 1,09% mom menjadi US$ 56,94 miliar. Porsi ULN swasta untuk refinancing juga mengalami kenaikan 1,02% mom menjadi US$ 20,49 miliar.
Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati, menilai, peningkatan ULN swasta yang ditujukan untuk modal kerja dan investasi sebagai hal yang positif dan bukanlah tren musiman semata.
"Swasta memandang prospek ekonomi positif, sehingga mulai kembali akan merealisasikan rencana investasinya yang sempat tertunda, yakni untuk mengganti mesin-mesin lama maupun membeli mesin baru, serta perluasan pabrik untuk meningkatkan kapasitas produksi," ujar Yati, Selasa (16/10).
Melihat potensi tersebut, Yati menganggap wajar jika pihak swasta membutuhkan tambahan pembiayaan.
Sementara, Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih berpendapat kenaikan ULN swasta di tengah pelemahan kurs rupiah termasuk fenomena yang anomali. "Seharusnya justru pelemahan rupiah mengurangi ULN swasta," ujar Lana, Selasa (16/10).
Namun bisa saja, Lana menambahkan, pihak swasta yang banyak menambah ULN ialah perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor yang tidak terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah. Penambahan ULN untuk modal kerja dan investasi dilakukan sebagai persiapan produksi jelang akhir tahun, di mana permintaan biasanya mengalami kenaikan.
"Tapi, kalau perusahaan swasta yang bukan eksportir juga banyak menambah ULN, ini patut diwaspadai. Soalnya, bisa ada potensi currency miss-match di mana pendapatan dalam bentuk rupiah, sementara utang yang bertambah dalam bentuk mata uang asing," terang Lana.
Sementara, naiknya ULN swasta yang ditujukan untuk refinancing dianggap Lana lebih wajar seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. "Kalau untuk refinancing itu bisa diterima karena kebutuhan dana untuk membayar jadi lebih besar akibat dollar tinggi," kata dia.
Adapun, di tengah menguatnya dollar AS dan potensi kenaikan suku bunga lanjutan hingga tahun depan, Lana menilai kenaikan ULN swasta untuk modal kerja dan investasi pun akan turut diiringi peningkatan ULN untuk refinancing ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News