Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) swasta pada Mei 2023 terpantau menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN Swasta pada bulan laporan sebesar US$ 196,5 miliar atau menurun 1,5% Month on Month (mom).
Pun bila dibandingkan dengan Mei 2022, ULN swasta turun 5,8% Year on Year (yoy). Penurunan ini juga lebih dalam bila dibandingkan dengan penurunan bulan sebelumnya yang sebesar 4,6% yoy.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan, penurunan penarikan utang dari pihak swasta menggambarkan kondisi ekspansi yang tertahan.
Sehingga ini menjadi lampu merah bagi pertumbuhan ekonomi ke depannya. Mengingat, ini menjadi batu sandungan bagi pertumbuhan ekonomi dari sisi lapangan usaha.
Baca Juga: Utang Luar Negeri Swasta pada Mei 2023 Turun, Korporasi Kurangi Penarikan Utang
"Penurunan ULN ini cukup kompleks, korelasi dengan ekspansi industri yang tertahan dan ini akan menjadi peringatan bagi pertumbuhan ekonomi," terang Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (19/7).
Selain kondisi korporasi yang masih berjuang melawan luka memar akibat pandemi Covid-19, Bhima memandang banyak pelaku usaha yang waspada akan ketidakpastian global.
Belum lagi tren suku bunga tinggi masih menghantui. Sehingga, banyak opsi pembiayaan alternatif yang diambil oleh korporasi.
"Salah satunya dengan IPO. Ini opsi lain untuk mencari di pasar modal, sehingga menjadi cara bagi korporasi mengerem pinjaman baru yang terikat bunga," tambah Bhima.
Dari sisi pemberi dana, banyak para pelaku perbankan internasional yang cenderung hati-hati dan lebih lama dalam melakukan asesmen kredit baru.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi China Kuartal II Melemah, Dipicu Pelemahan Permintaan
Plus, tak sedikit juga yang kini memberikan standard pembiayaan berkelanjutan.
Sedangkan, tidak semua perusahaan di Indonesia yang mampu menyesuaikan standard tersebut.
Sehingga makin terbataslah akses para debitur korporasi Indonesia untuk akses pembiayaan internasional yang makin ketat.
Bhima menduga, tren ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2023. Ditambah, ada pemilihan umum pada awal tahun 2024 yang menyebabkan banyak pelaku usaha untuk menunggu ekspansi.
Baca Juga: Ekonomi China Melemah, Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Sulit Tercapai
"Mereka menilai, ada ketidakpastian kebijakan sebelum hasil Pemilu diumumkan. Sehingga, perlu adanya kepastian untuk mereka kembali melakukan ekspansi," tandas Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News