kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   5,02   0.56%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Utang luar negeri semakin bertambah, begini pengelolaannya


Selasa, 17 November 2020 / 18:58 WIB
Utang luar negeri semakin bertambah, begini pengelolaannya
ILUSTRASI. Utang luar negeri semakin bertambah, begini pengelolaannya


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa hari lalu, Pemerintah Indonesia mendapatkan pinjaman dari pemerintah Australia sebesar AUD 1,5 miliar. Jumlah ini setara setara Rp 15,3 triliun.

Adapun, pinjaman yang diberikan Negeri Kanguru tersebut ditujukan untuk penanganan pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia. Asal tahu saja, saat ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah infeksi dan kematian akibat virus corona terbanyak di Asia Tenggara.

Dalam catatan KONTAN, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pinjaman dari Australia itu berguna untuk meningkatkan pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Maklum, belanja penanganan Covid-19 menguras dompet negara.

“Kami mendiversifikasi pembiayaan dan dukungan Australia yang memberikan pinjaman 1,5 miliar dollar Australia kepada Indonesia adalah salah satu bentuk dukungan yang sangat kami hargai,” kata Sri Mulyani dalam pertemuannya secara virtual dengan pemerintah Australia pada Kamis (12/11).

Baca Juga: Kuartal III 2020, utang luar negeri (ULN) Indonesia sebesar US$ 408,5 miliar

Staf Khusus Kementerian Keuangan, Yustinus Prastowo menyampaikan, pinjaman dana untuk program yang didapat selama ini sebagian besar tidak hanya untuk mendanai penanganan Covid-19, namun lebih untuk menambal defisit APBN.

“Dengan demikian sebenarnya jumlahnya juga sesuai dengan pengadaan pinjaman untuk membiayai APBN,” jelas Yustinus kepada KONTAN, Selasa (17/11).

Namun demikian, Yustinus juga bilang bahwa ada beberapa pinjaman dari luar negeri yang memang spesifik untuk menangani Covid-19 yakni misalnya melalui Bank Dunia dan Asian Infrastructure Investment Bank, kemudian juga ada pinjaman dari Jepang, Jerman dan Australia. Sayangnya ia tak menyebut berapa jumlah pinjaman yang diberikan ke Indonesia.

Yustinus mengatakan, lewat dukungan dana yang diberikan Australia sebesar Rp 15,3 triliun ini, tentunya pemerintah akan melakukan pengembalian dana yang dilakukan dengan pengelolaan portofolio yang prudent.

Baca Juga: Rasio utang luar negeri Indonesia naik menjadi 38,1% PDB di kuartal III 2020

Dimana ini nantinya akan melihat profil jatuh tempo yang dibuat melandai karena pinjaman tersebut dapat di cicil dalam jangka waktu yang panjang.

“Karena pinjaman itu bisa dicicil dalam jangka waktu yang panjang, sehingga cash flow Pemerintah juga menjadi terjaga,” jelasnya.

Sehingga, apabila cash flow pemerintah terjaga, maka nantinya akan ada dana yang digunakan untuk belanja produktif lain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Sebagai informasi, Utang luar negeri Indonesia makin membesar. Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri Indonesia pada kuartal III-2020 sebesar US$ 408,5 miliar.

Dengan utang sebanyak itu, rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III-2020 mencapai 38,1%.

Selanjutnya: Ancaman Kelaparan dan Liberalisasi Pangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×