kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Utang Luar Negeri BUMN Kembali Turun, Apa Kata Ekonom?


Minggu, 17 April 2022 / 12:42 WIB
Utang Luar Negeri BUMN Kembali Turun, Apa Kata Ekonom?
ILUSTRASI. Bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (30/11). Utang Luar Negeri BUMN Kembali Turun, Apa Kata Ekonom?


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) badan usaha milik negara (BUMN) kembali menunjukkan penurunan. Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN pelat merah pada akhir Februari 2022 sebesar US$ 58,34 miliar, turun 0,25% dibandingkan dengan posisi pada Januari 2022 yang sebesar US$ 58,5 miliar.

Sementara itu, posisi ULN BUMN, ini juga lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 yang sebesar US$ 58,8 miliar.  Artinya, secara tahunan utang luar negeri pelat merah turun 0,77% year on year (yoy).

Secara bulanan, penurunan ULN BUMN terjadi hanya pada kelompok perusahaan bukan lembaga keuangan yang mengalami penurunan sebesar 0,32% mom yaitu dari Januari 2022 US$ 46,46 miliar menjadi US$ 46,309 miliar pada Februari 2022.

Sementara itu, ULN BUMN bank tidak mengalami penurunan atau pun kenaikan yaitu sebesar US$ 9,14 miliar pada Januari dan Februari 2022. Begitu juga dengan ULN LKBB yang tercatat tidak mengalami penurunan ataupun kenaikan yaitu sebesar US$ 2,89 miliar pada Januari dan Februari 2022.

Baca Juga: Utang Luar Negeri BUMN Tercatat Kembali Turun Pada Februari 2022

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengatakan, meski mengalami penurunan namun trennya relatif flat. Penurunan ini merupakan faktor musiman karena adanya pembayaran hutan yang jatuh tempo dan di sisi lain belum ada kebutuhan penambahan hutang.

“Jadi sebetulnya saya melihat ini bukanlah menunjukkan penurunan yang masif, tapi ini memang polanya saja yang memang sedikit turun, secara tren relatif flat,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Sabtu (16/4).

Untuk prospek ke depannya, Riefky mengatakan masih sulit memprediksi apakah ada kenaikan atau penurunan pada ULN BUMN.

“Sedikit sulit diprediksi ya, karena setiap BUMN kan berbeda naturenya. Jadi kemungkinan ada yang meningkat dan ada yang menurun. Saya belum bisa prediksi net effectnya akan positif atau negatif,” pungkasnya.

Baca Juga: Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia Naik Jadi US$ 416,3 Miliar pada Februari 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×