kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Usaha sapi perah meredup, produksi susu kian susut


Rabu, 09 November 2016 / 06:00 WIB
Usaha sapi perah meredup, produksi susu kian susut


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kebijakan pemerintah yang tidak pro peternak sapi perah lokal berdampak pada produksi susu domestik yang terus merosot. Bila sebelum di tahun 1998 industri susu lokal memasok 30% susu kebutuhan nasional, kini terus anjlok menjadi 20%.

Bila tidak ada kebijakan yang mendukung pengembangan peternakan sapi perah lokal, dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan murni menjadi negara importir susu.

Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Agus Warsito mengatakan, produksi susu nasional telah turun sebesar 16,5% dari 960.000 ton pada tahun 2012 menjadi 805.000 ton pada tahun 2015.

"Untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, setiap tahun, kita mengimpor rata-rata 3 juta ton susu dari Australia dan Selandia Baru," ujar Agus, Selasa (8/11).

Agus mengatakan, berdasarkan data yang diperoleh APSPI, ada sebanyak 94 importir susu yang rutin mengimpor susu. Mayoritas bukanlah industri olahan, melainkan hanya murni sebagai importir yang menjual lagi ke pasar.

"Setahu kami, dari jumlah itu hanya ada enam impotir yang merupakan industri pengolah susu," imbuh Agus.

Perusahaan tersebut antara lain PT Nestle Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia (FFI), PT Australia Indonesian Milk Industries (Indomilk), PT Sarihusada Generasi Mahardhika, PT Ultrajaya Milk Industry Tbk.

Namun terkait volumenya, Agus mengaku tidak tahu. Ironisnya, saat ini, populasi sapi perah rakyat telah turun sebesar 14,17% dari 611.940 ekor pada tahun 2012 menjadi 525.171 ekor pada tahun 2015.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengatakan, 90% peternakan sapi perah dikuasai peternak rakyat.

Mereka ini mengalami kendala karena pola konsumsi susu sebagian besar masyarakat adalah mengonsumsi susu bubuk dan susu kental manis, bukan susu segar. Kondisi ini membuat peternak kesulitan mendapatkan harga yang layak.

"Para peternak itu tidak mempunyai nilai tawar saat menjual produk susu mereka ke industri, sehingga harga tergantung pada industri," ujarnya. Untuk itu, Rochadi mendesak pemerintah untuk membuat regulasi yang memproteksi peternak susu perah dalam negeri. Tanpa ada perlindungan, peternakan sapi perah sulit maju.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×