Reporter: Ferry Hidayat | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Wakil Ketua Komisi I DPR, Ramadhan Pohan kecewa atas pernyataan Perdana Menteri Australia Tony Abbot yang tidak mau meminta maaf atas aksi penyadapan yang dilakukan oleh negaranya.
"Persoalannya Australia tidak menganggap ini sebagai pelanggaran, bahkan mereka tidak mau meminta maaf, mereka menganggap masalah penyadapan hal biasa dan tetap akan dilakukan pemerintahan Tony Abbot," kata Ramadhan saat dihubungi KONTAN di Jakarta (20/11).
Pohan juga menegaskan, atas tindakan Australia tersebut sudah barang tentu akan berimplikasi pada hubungan antar kedua negara.
"Abbot tidak meminta maaf, saya memperkirakan besok malam saat terakhir hubungan Indonesia dan Australia bersahabat, dan levelnya hanya perwakilan biasa," imbuhnya.
Politisi dari Partai Demokrat itu juga mengimbau Duta Besar Indonesia untuk saat ini agar menjaga sikap, sebab dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi negatif dari masyarakat.
"Dubes jangan wara-wiri, karena makin membuat panas hati publik, seolah tidak ada persoalan, seolah Indonesia tak terganggu sensitivitasnya. Dubes jangan terlalu banyak tampil di depan publik, ini menambah luka di hati rakyat Indonesia," tandasnya.
Sementara itu, ketika ditanya langkah apa yang akan diambil oleh Komisi I DPR menanggapi sikap Australia tersebut, Pohan mengatakan, akan segera dilakukan rapat koordinasi dengan pemerintah.
Dia juga bilang, tidak menutup kemungkinan Komisinya juga akan melakukan pertemuan dengan mantan kontraktor Dinas Rahasia Amerika (NSA), Edward Snowden.
"Besok kami lakukan rapat dengan BIN, Menhan dan Menkominfo, kita akan rapatkan besok, termasuk dengan Menlu, barangkali dengan Dubes Najib. Indonesia mesti menemui Snowden, siapa yang berangkat itu nanti lihat karena menyangkut keselamatan orang, Komisi I siap untuk berangkat," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News