ILUSTRASI. Letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda
Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM melaporkan teramati letusan dengan tinggi asap maksimum 200-3.000 meter di atas puncak kawah Gunung Anak Krakatau dengan abu vulkanik bergerak ke arah timur-timurlaut.
Sementara cuaca teramati berawan-hujan dengan arah angin dominan ke timur-timur laut pada Jumat (28/12) pada pukul 00.00-12.00 WIB.
Selanjutnya, pada pukul 14.18 WIB, cuaca cerah dan terlihat asap letusan tidak berlanjut. Terlihat tipe letusan surtseyan, terjadi karena magma yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau bersentuhan dengan air laut.
Pada saat tidak ada letusan, teramati puncak Gunung Anak Krakatau tidak terlihat lagi. “Berdasarkan hasil analisis visual, terkonfirmasi bahwa Gunung Anak Krakatau yang tingginya semula 338 meter, sekarang tingginya tinggal 110 meter,” tulis PVMBG dalam siaran persnya.
Sebelumnya, PVMBG mencatat terjadi perubahan pola letusan pada jam 23.00 tanggal 27 Desember 2018 yaitu terjadinya letusan-letusan dengan onset yang tajam. Letusan Surtseyan terjadi di sekitar permukaan air laut.
Dari Pos PGA Pasauran, posisi puncak Gunung Anak Krakatau saat ini lebih rendah di banding Pulau Sertung yang menjadi latar belakangnya. Sebagai catatan, Pulau Sertung tingginya 182 meter sedangkan Pulau Panjang 132 meter.
Volume Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar antara 150-180 juta m3, sementara volume yang tersisa saat ini diperkirakan antara 40-70 juta m3.
Berkurangnya volume tubuh gunung Anak Krakatau ini diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunungapi yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari 24-27 Desember 2018. Proses pengamatan visual terus dilakukan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih presisi.