kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tidak ada komunike Laut China Selatan, SBY kecewa


Senin, 16 Juli 2012 / 14:59 WIB
Tidak ada komunike Laut China Selatan, SBY kecewa
ILUSTRASI. Seorang mantan tentara anak memegang?senapan saat mereka berpartisipasi dalam upacara pembebasan tentara anak, di luar Yambio, Sudan Selatan, 7 Agustus 2018.


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Edy Can


JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sangat kecewa atas hasil pertemuan tingkat menteri luar negeri negara-negara ASEAN di Phomen Penh, Kamboja. Pasalnya pertemuan itu sama sekali tidak membuahkan komunike atau pernyataan bersama tentang konflik laut China Selatan.

"Terus terang sebagai salah satu pemimpin negara ASEAN saya kecewa dan prihatin," kata SBY kepada wartawan di kantor kepresidenan, Jakarta, Senin (16/7).

SBY menegaskan kegagalan membuahkan komunike bersama merupakan yang pertama kali terjadi dalam sejarah komunitas ASEAN. Menurutnya, hal tersebut dapat memperburuk citra ASEAN. "Ini bisa membuat dunia internasional menganggap telah terjadi perpecahan di ASEAN. Mestinya, serumit apapun masalah harus selalu ada titik temu," katanya.

Persoalan Laut China Selatan kemungkinan besar akan kembali dibahas dan mencuat dalam pertemuan pemimpin negara-negara ASEAN. Pertemuan puncak akan digelar pada November 2012 mendatang di Kamboja.

SBY berharap setiap negara bisa membahas permasalahan ini dan mencari titik temunya. Menurutnya, setiap negara harus berorientasi pada pencapaian kesepakatan setiap kali membahas sengketa.

Indonesia akan terus berperan aktif menciptakan perdamaian kawawsan. Sebagaimana saat menjadi Ketua ASEAN pada 2011. Indonesia mampu memfasilitasi atas permasalahan seperti di Myanmar dan sengketa perbatasan antara Kamboja dan Thailand.

Sebagai informasi, Laut China Selatan menjadi wilayah sengketa antara China dan beberapa negara ASEAN, yaitu Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam. Masing-masing negara itu mengklaim kedaulatan mereka atas Laut China Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×