Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto
Kebijakan akomodatif tersebut bisa dalam beberapa opsi yaitu penurunan suku bunga lanjutan, penurunan Giro Wajib Minimum (GWM), maupun relaksasi makroprudensial. Seluruh instrumen moneter tersebut, menurut Perry, memiliki peluang untuk lebih longgar lagi ke depan.
Baca Juga: The Fed pangkas suku bunga, Bank Sentral Hong Kong hati-hati hadapi tantangan global
Namun untuk memutuskan kapan dan bagaimana kebijakan longgar tersebut diambil, Perry menegaskan bahwa BI akan terus mencermati perkembangan dan dinamika ekonomi global secara keseluruhan.
“Keputusan ke depan kami lakukan secara data-dependent karena kita sendiri tidak tahu apakah AS dan China akan sepakat atau memburuk,” pungkasnya.
Jika perang dagang AS-China makin larut hingga tahun depan, Perry mengatakan bukan tak mungkin pertumbuhan ekonomi global semakin memburuk. Lantas, asumsi BI terhadap pertumbuhan global pun bisa berubah yaitu ke kisaran 2,9%-3% di 2020.
Baca Juga: Harga emas naik terdorong pemangkasan suku bunga The Fed
Adapun sepanjang tahun ini, Perry mengingatkan, BI telah mengerahkan seluruh kebijakan moneter yang longgar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik (pro-growth policies).
Di antaranya dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 bps, menurunkan GWM sebesar 50 bps, melakukan Operasi Moneter ekspansif, serta mengendorkan kebijakan makroprudensial seperti menurunkan uang muka properti (LTV) hingga otomotif.
BI juga memastikan pendalaman pasar keuangan berlanjut dengan berkoordinasi kebijakan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tandas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News